Renungan Harian Katolik Selasa, 3 Juni: Santo Karolus Lwanga, Martir Uganda

Posted on

Umat Katolik memulai hari dengan membaca renungan harian berisi ayat-ayat Alkitab. Renungan ini merupakan cara memohon berkat Allah dalam setiap kegiatan yang dilakukan.

Dilansir dari situs Iman Katolik, berdasarkan kalender liturgi Selasa, 3 Juni 2025, terdapat beberapa ayat Alkitab yang dijadikan renungan harian. Berdoa merupakan cara bagi umat Katolik untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan mensyukuri berkat dan kasih-Nya.

Untuk itu, ayat Alkitab yang dapat dijadikan bahan renungan adalah Kisah Para Rasul 20: 17-27; Mazmur 68: 10-11, 20-21; Yohanes 17: 1-11a; 1 Yohanes 4: 11-21.

Simak, yuk!

Berikut ayat Alkitab yang dapat dijadikan sebagai bahan renungan beserta kisah Santo Karolus Lwanga, Martir Uganda.

Karena itu ia menyuruh seorang dari Miletus ke Efesus dengan pesan supaya para penatua jemaat datang ke Miletus.

Sesudah mereka datang, berkatalah ia kepada mereka: “Kamu tahu, bagaimana aku hidup di antara kamu sejak hari pertama aku tiba di Asia ini:

Dengan segala rendah hati aku melayani Tuhan. Dalam pelayanan itu aku banyak mencucurkan air mata dan banyak mengalami pencobaan dari pihak orang Yahudi yang mau membunuh aku.

Sungguhpun demikian aku tidak pernah melalaikan apa yang berguna bagi kamu. Semua kuberitakan dan kuajarkan kepada kamu, baik di muka umum maupun dalam perkumpulan-perkumpulan di rumah kamu;

Aku senantiasa bersaksi kepada orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani, supaya mereka bertobat kepada Allah dan percaya kepada Tuhan kita, Yesus Kristus.

Tetapi sekarang sebagai tawanan Roh aku pergi ke Yerusalem dan aku tidak tahu apa yang akan terjadi atas diriku di situ

Selain dari pada yang dinyatakan Roh Kudus dari kota ke kota kepadaku, bahwa penjara dan sengsara menunggu aku.

Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah.

Dan sekarang aku tahu, bahwa kamu tidak akan melihat mukaku lagi, kamu sekalian yang telah kukunjungi untuk memberitakan Kerajaan Allah.

Sebab itu pada hari ini aku bersaksi kepadamu, bahwa aku bersih, tidak bersalah terhadap siapapun yang akan binasa.

Sebab aku tidak lalai memberitakan seluruh maksud Allah kepadamu.

Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi.

Tidak ada seorangpun yang pernah melihat Allah. Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita.

Demikianlah kita ketahui, bahwa kita tetap berada di dalam Allah dan Dia di dalam kita: Ia telah mengaruniakan kita mendapat bagian dalam Roh-Nya.

Dan kami telah melihat dan bersaksi, bahwa Bapa telah mengutus Anak-Nya menjadi Juruselamat dunia.

Barangsiapa mengaku, bahwa Yesus adalah Anak Allah, Allah tetap berada di dalam dia dan dia di dalam Allah.

Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.

Dalam hal inilah kasih Allah sempurna di dalam kita, yaitu kalau kita mempunyai keberanian percaya pada hari penghakiman, karena sama seperti Dia, kita juga ada di dalam dunia ini.

Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih.

Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.

Jikalau seorang berkata: “Aku mengasihi Allah,” dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya.

Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya.

Kebenaran dan keluhuran ajaran Yesus dibela mati-matian oleh para pengikut-Nya di berbagai belahan dunia. Meski hal tersebut harus berhadapan dengan kematian.

Di Afrika, khususnya di Uganda, keberanian membela iman ini menimbulkan gelombang penganiayaan dan pembunuhan terhadap para martir Kristen. Penganiayaan tersebut terjadi karena ajaran Kristen dianggap bertentangan dengan adat-istiadat setempat yang masih sangat primitif.

Saat itu, praktik seperti perdagangan budak, poligami, pemerkosaan anak-anak, serta kepercayaan animisme dianggap sebagai bagian dari budaya yang harus dilestarikan. Kedatangan para misionaris Katolik pada tahun 1879 yang membawa ajaran Injil Kristus dipandang sebagai ancaman terhadap kebiasaan tersebut.

Akibatnya, penguasa lokal melancarkan tindakan kekerasan terhadap para misionaris dan umat Kristen. Banyak pemuda Uganda yang telah menerima baptisan juga menjadi korban pembunuhan.

Salah satu di antaranya adalah Karolus Lwanga, seorang pelayan raja Muanga yang menggantikan Yosef Mukasa. Raja Muanga dikenal sebagai penguasa yang bejat dan sering memuaskan nafsu seksualnya kepada anak laki-laki yang bekerja di istananya.

Karolus Lwanga berusaha melindungi anak-anak Kristen dari perbuatan tidak senonoh sang raja. Ia pun selalu waspada dan berjuang menjaga kemurnian iman mereka.

Kebencian Raja Muanga terhadap ajaran Kristen semakin diperparah oleh hasutan para pedagang Arab yang menolak ajaran Injil. Pada 25 Maret 1886, Raja Muanga memergoki beberapa pelayannya sedang mengikuti pelajaran agama bersama seorang misionaris.

Murka, ia langsung membunuh anak-anak itu. Keesokan harinya, raja mengumpulkan para ketua suku untuk meminta persetujuan menghukum anak-anak Kristen lainnya.

Namun, ancaman itu tak menggoyahkan iman mereka. Mereka tetap teguh dan rela mati demi Kristus.

Anak-anak yang tersisa, termasuk Karolus Lwanga, ditangkap dan dipenjarakan. Sebagai yang tertua, Karolus membaptis mereka secara darurat dan menguatkan iman mereka agar siap menghadapi penderitaan.

Hingga akhirnya, mereka semua dihukum mati dengan dibakar hidup-hidup. Karolus Lwanga dan kawan-kawannya wafat sebagai martir.

Mereka mempertahankan iman dan keyakinan bahwa Tuhan akan memberikan pahala kekal di surga. Pada tahun 1964, Paus Paulus VI menyatakan Karolus Lwanga sebagai santo atau orang kudus dalam Gereja Katolik.

Demikianlah renungan harian Katolik untuk dijadikan panduan dalam beribadah. Semoga bermanfaat, ya!

Renungan Harian Katolik Hari Ini Selasa, 3 Juni 2025

Kisah Para Rasul 20: 17-27

1 Yohanes 4: 11-21

Santo Karolus Lwanga, Martir Uganda

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *