Renungan Harian Katolik Senin, 15 September 2025: Saling Mendukung

Posted on

Hidup ini tidak dimaksudkan untuk dijalani sendirian. Setiap orang dipanggil untuk saling menopang dan menguatkan, terutama dalam iman dan kasih.

Pada Senin, 15 September 2025, Gereja mengajak kita merenungkan pentingnya kebersamaan dan dukungan satu sama lain. Dalam menghadapi tantangan hidup, kasih yang diwujudkan melalui saling mendukung menjadi tanda nyata kehadiran Allah di tengah umat-Nya.

Melalui semangat ini, kita dimampukan untuk berjalan bersama, bukan hanya mengejar keselamatan pribadi, tetapi juga menolong sesama agar tetap teguh di jalan Tuhan.

Renungan hari Senin, 15 September 2025 mengangkat tema “Saling Mendukung” dikutip dari buku Inspirasi Pagi (LBI) oleh S Advent Novianto Sj. Renungan ini juga dilengkapi daftar bacaaan.

Yuk, disimak!

Berikut ayat Alkitab yang dapat dijadikan sebagai bahan renungan:

Jadi berusahalah untuk memperoleh karunia-karunia yang paling utama. Dan aku menunjukkan kepadamu jalan yang lebih utama lagi.

Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.

Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan, dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna.

Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku.

Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.

Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.

Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.

Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.

Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap.

Sebab pengetahuan kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna.

Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap.

Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu.

Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal.

Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.

Pada-Mu, TUHAN, aku berlindung, janganlah sekali-kali aku mendapat malu, lepaskanlah aku oleh karena keadilan-Mu!

Sendengkanlah telinga-Mu kepadaku, bersegeralah melepaskan aku!

Jadilah bagiku gunung batu tempat perlindungan, kubu pertahanan untuk menyelamatkan aku!

Sebab Engkaulah gunung batuku dan pertahananku; oleh karena nama-Mu Engkau akan menuntun dan membimbing aku.

Engkau akan membawa aku keluar dari jaring yang dipasang orang terhadap aku, sebab Engkaulah tempat perlindunganku.

Ke dalam tangan-Mulah kuserahkan nyawaku; Engkau membebaskan aku, ya TUHAN, Allah yang setia.

Tetapi aku, kepada-Mu, ya TUHAN, aku percaya, aku berkata: “Engkaulah Allahku!”

Masa hidupku ada dalam tangan-Mu, lepaskanlah aku dari tangan musuh-musuhku dan orang-orang yang mengejar aku!

Terpujilah TUHAN, sebab kasih setia-Nya ditunjukkan-Nya kepadaku dengan ajaib pada waktu kesesakan!

Sementara itu Simon Petrus masih berdiri menghangatkan dirinya. Maka kata orang-orang kepadanya: “Bukankah engkau juga seorang murid-Nya?” Ia menyangkalnya, katanya: “Bukan!”

Kata seorang hamba Imam Besar, seorang sanak keluarga dari hamba yang telinganya dipenggal Petrus: “Bukankah engkau kulihat di taman itu bersama-sama dengan Dia?”

Maka Petrus menyangkal lagi, dan ketika itu berkokoklah ayam.

Kemarin, kita bersama-sama merenungkan salib. Hari ini, kita merenungkan Maria yang berdukacita.

Pernahkah kita mengalami kedukaan? Saya rasa, kita semua pernah mengalami perasaan dan pengalaman berduka. Maria pada hari ini pun kita peringati sebagai bunda yang berdukacita atas salib yang diterima Putranya.

Dukacita bisa membuat kita hancur, jatuh, berjalan tanpa arah, dan bingung bagaimana caranya untuk melanjutkan hidup. Semua seakan patah tanpa harapan bisa pulih kembali.

Yang dibutuhkan dalam keadaan seperti itu adalah sapaan, penerimaan, kata maaf, doa, dan pelukan agar kita bersama-sama bisa saling meneguhkan dan menguatkan.

Dalam bacaan Injil yang kita dengarkan hari ini, ada dialog hati antara Yesus, Maria, dan Yohanes. Di kayu salib, Yesus mengatakan, “Ibu, inilah anakmu!”dan, “Inilah ibumu!”

Coba kita bayangkan adegan ini. Yesus dalam kesakitan-Nya masih memikirkan ibu dan para murid-Nya. Yesus bahkan menguatkan mereka untuk saling mendukung sebagai ibu dan anak: Maria sebagai ibu dari para rasul, dan para rasul sebagai anak dari Maria.

Yesus sungguh memercayakan mereka semua untuk saling mendukung satu sama lain. Inilah adegan indah dari bacaan Injil hari ini.

Saling mendukung di dalam kesulitan adalah buah dari salib, lahir dari salib, dan merupakan perintah Yesus sendiri. Karena itu, jangan takut dan gentar untuk saling menemani, saling menguatkan, dan saling mendukung. Itulah buah dari salib yang dititipkan Tuhan kepada kita.

Demikian renungan harian Katolik Senin, 15 September 2025 dengan bacaannya. Semoga Allah melindungi kita.

Renungan Harian Katolik Hari Ini, 15 September 2025

Bacaan I: 1 Kor 12:31-13:13

Mazmur Tanggapan: Mzm 31:2-3a.3b-4.5-6.15-16.21

Bacaan Injil: Yoh 18:25-27

Renungan Hari Ini: Saling Mendukung