Bagi umat Katolik renungan harian mengajak umat untuk merenungkan bacaan Kitab Suci dan membangun relasi pribadi dengan Tuhan. Renungan Katolik biasanya disertai dengan bacaan dan doa.
Renungan harian Katolik Senin, 20 Oktober 2025, Yesus mengingatkan bahwa hidup tidak bergantung pada banyaknya harta, melainkan pada relasi yang benar dengan Allah. Melalui renungan hari ini, kita diajak untuk merenungkan kembali makna sejati dari kehidupan dan menempatkan harta duniawi pada porsinya yang benar.
Renungan Katolik hari mengangkat tema “Hidup Tidak Berasal dari Harta Milik” dikutip dari buku Renungan Tiga Titik oleh Titus Sj. Renungan ini juga dilengkapi daftar bacaan.
Yuk, disimak!
Sebelum merenungkan pesan Paus Fransiskus, berikut bacaan hari ini.
Tetapi terhadap janji Allah ia (Abraham) tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan memuliakan Allah.
Dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan.
Karena itu hal ini diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran.
Kata-kata ini, yaitu: “hal ini diperhitungkan kepadanya,” tidak ditulis untuk Abraham saja,
tetapi ditulis juga untuk kita, yang kepada kita pun Allah memperhitungkannya, karena kita percaya kepada Dia yang telah membangkitkan Yesus, Tuhan kita, dari antara orang mati.
Yaitu Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita.
Dan Zakharia, ayahnya, penuh dengan Roh Kudus, lalu bernubuat, katanya:
“Terpujilah Tuhan, Allah Israel,
sebab Ia telah melawat umat-Nya dan membawa kelepasan baginya.
Ia telah menumbuhkan tanduk keselamatan bagi kita
di dalam keturunan Daud, hamba-Nya,
seperti yang telah Ia firmankan
dengan perantaraan nabi-nabi-Nya yang kudus di zaman dahulu,
bahwa Ia akan menyelamatkan kita dari musuh-musuh kita
dan dari tangan semua orang yang membenci kita,
untuk menunjukkan rahmat-Nya kepada nenek moyang kita
dan menggenapi janji-Nya yang kudus,
yaitu sumpah yang telah diucapkan-Nya kepada Abraham, bapa leluhur kita,
bahwa Ia mengabulkan kepada kita,
supaya kita, setelah terlepas dari tangan musuh,
dapat beribadah kepada-Nya tanpa takut,
dalam kekudusan dan kebenaran di hadapan-Nya seumur hidup kita.
Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
“Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah berasal dari kekayaannya itu.”
(Luk. 12:15)
Satu kata yang menonjol dalam perikop ini adalah kata ‘hidup’. Salah satunya ada dalam kalimat berikut ini: “hidupnya tidak berasal dari kekayaannya itu”. Kata hidup dapat berarti hidup fisik.
Tetapi bisa juga menunjuk kepada mutu hidup yang diperoleh dengan bertobat dan percaya kepada Injil. Yang kita imani sebagai hidup kekal.
Hidup tidak dapat dijamin dengan harta milik, walaupun betapa banyak harta miliknya. Harta milik baru menjadi sumber hidup apabila digunakan untuk melayani orang lain.
Yesus mengajarkan agar para murid melepaskan diri dari miliknya. Serta memberikannya kepada orang lemah, kecil, miskin, terpinggirkan, dan difable (LKMTD), agar mendapat harta di surga.
Kakek buyut saya almarhum bernama Pringgowihardjo. Beliau seorang terpandang dan pernah menjadi lurah.
Sawah dan pekarangan serta perhiasannya banyak sekali. Beliau mempunyai delapan anak.
Dari delapan anak, ada tiga anak tidak memiliki keturunan. Setelah beliau meninggal sekian tahun, terjadilah perebutan warisan di antara anak-anak dan keturunannya.
Karena tidak terselesaikan secara kekeluargaan, pertikaian harta waris berlanjut sampai ke pengadilan, dari tingkat pengadilan negeri, pengadilan tinggi, sampai ke tingkat kasasi. Dengan terjadinya perebutan warisan di antara anak-anak dan keturunannya tersebut dan ditambah dengan proses pengadilan yang sungguh lama dan berlarut larut, apa yang terjadi? Dulu semuanya rukun saling mengasihi, penuh sukacita, damai sejahtera, dan saling setia.
Sekarang semua itu telah sirna dan menjadi kebalikannya. Maka benarlah yang menjadi judul renungan harian kali ini. Hidup tidak berasal dari harta milik.
Yesus menyebut mereka orang bodoh, sebutan yang menunjuk kepada orang yang hidup tanpa menghiraukan Allah. Orang bodoh tidak ingat pesan Allah.
Lupa bahwa hidupnya merupakan titipan Allah, yang setiap saat dapat diminta kembali. Mereka sedang tidak mengumpulkan harta di surga, karena tidak menggunakan harta miliknya untuk kebaikan, khususnya untuk orang LKMTD.
Semoga kelak, ketika kita berjumpa dengan Tuhan Yesus, kita tidak dinilai bodoh oleh-Nya.
Doa:
Ya Bapa Surgawi, semoga iman kami dapat membuka hati bagi bekerjanya Roh Kudus.
Sehingga memungkinkan kami untuk hidup secara penuh dalam rahmat Tuhan setiap harinya. Menghargai-Nya, hidup dari-Nya, dan bersaksi tentang-Nya, sehingga membuat hubungan kami dengan Kristus menjadi lebih nyata. Amin.
Apabila kesucian hidup telah menjadi rencana Allah bagi seseorang, dan menjadi suatu cita-cita dan semangat hidup yang dihayati penuh kesungguhan serta terus diberkati Allah, halangan apa pun kiranya tidak mampu menutup jalan bagi pencapaiannya. Santa Maria Bertilla Boscardin kiranya menjadi salah satu buktinya.
Beliau, anak seorang alkoholis, peminum kelas berat, sedang dia sendiri pun lamban bahkan bodoh. Namun ia dikenal amat saleh, taat dan tenang. Ia lahir pada tahun 1888 dan dipermandikan dengan nama Anna Fransisca.
Di dalam kelas ia termasuk anak yang rajin namun sangat lamban dalam memahami pelajaran, sehingga oleh teman-temannya ia dijuluki “Si Menthok”. Semenjak di bangku sekolah, ia bercita-cita menjadi seorang biarawati.
Oleh karena itu ketika berumur 13 tahun, ia berjanji kepada Tuhan untuk menjaga kemurniannya. Ia mengiktarkan kaul keperawanan secara privat.
Pada tahun 1905, ia masuk biara ‘Dorothean’ di Vicenza. Masa novisiatnya ia jalani dengan bekerja sebagai juru masak bagi para pasien di rumah sakit Treviso.
Setelah menerima kaul kekalnya, ia mengganti namanya dengan Maria Bertilla. Ia tetap bekerja di rumah sakit Treviso.
Kali ini sebagai pemelihara anak-anak yang menderita sakit Difteri. Maria Bertilla tidak menunjukkan suatu keistimewaan luar biasa secara nyata.
Ia sangat sederhana dan melaksanakan tugasnya dengan penuh tanggungjawab. Selain dari itu, secara diam-diam ia membina suatu cara hidup rohani yang sangat mendalam.
Ketika kota Treviso dibom oleh tentara-tentara Jerman pada Perang Dunia I, ia dengan tekun merawat serdadu-serdadu yang luka. Rumah sakitnya untuk sementara dipindahkannya ke Viggiu, dekat Commo. Kemudian setelah gencatan senjata, ia baru kembali lagi ke Treviso.
Maria Bertilla wafat dengan tenang di Treviso pada tanggal 20 Oktober 1922 dan dinyatakan sebagai beata pada tanggal 8 Juni 1952 oleh Paus Pius XII (1939-1958). Kemudian pada tanggal 11 Mei 1961, ia digelari ‘santa’ oleh Paus Yohanes XXIII (1958-1963).
Kesalehan hidup Maria Bertilla tetap membekas dalam hati rekan-rekan suster dan umat Italia umumnya.
Suster Portugal yang cantik molek ini hidup pada awal abad ke-7. Ada beberapa pemuda yang tertarik sekali padanya, bahkan berjuang untuk menikahinya.
Namun Irene yang saleh ini menolak lamaran mereka dengan halus. Karena merasa dikecewakan, seorang pelamar menyebarkan fitnah bahwa Irene berbuat mesum.
Kabar ini segera menyebar luas dan memancing kemarahan, pelamar-pelamar lain. Salah seorang dari pelamar-pelamar itu menyewa pembunuh bayaran untuk menamatkan riwayat suster cantik itu.
Irene lalu ditikam dan mayatnya dilemparkan ke dalam danau. Suster-suster lain terus mencari Irene tetapi tidak menemukannya. Suatu malam seorang nelayan disilaukan matanya oleh sinar ajaib yang muncul dari air danau itu.
Berkat sinar itulah, mayat Irene dapat diketemukan. Irene meninggal pada tahun 653.
Maria-Teresia Soubiran lahir pada tahun 1834. Dalam usianya yang masih sangat muda (21 tahun), ia mendirikan sebuah tarekat religius suster-suster yang mengabdikan diri untuk kesejahteraan dan kemajuan puteri-puteri yang terlantar di kota-kota besar.
Karena difitnah, ia dipecat dari jabatannya sebagai pemimpin tarekat, bahkan dikeluarkan dari kongregasinya. Maria menerima semuanya dengan sabar dan hidup dengan semangat doa di biara suster lain di Paris hingga hari kematiannya pada tahun 1889.
Demikian renungan harian Katolik Senin, 20 Oktober 2025 dengan bacaannya. Semoga bermanfaat!