Presiden Red Gank PSM Sul Daeng Kulle, salah satu sosok yang dekat dengan dunia suporter Makassar, pernah berpesan tegas: “Janganlah jadi suporter fanatik buta, tapi jadilah suporter yang kritis”. Kalimat ini semakin relevan ketika kita menoleh pada kondisi PSM saat ini.
Klub kebanggaan Sulawesi Selatan sedang tidak baik-baik saja, baik dari segi performa di lapangan maupun dinamika di luar lapangan. Situasi ini tentu memunculkan pertanyaan besar: apakah kita yang selama ini mengaku setia, hanya akan diam menonton tim kesayangan kita terpuruk?
PSM bukan sekadar klub sepak bola. Ia adalah simbol identitas, warisan sejarah, bahkan harga diri masyarakat Sulawesi Selatan. Sejak berdiri, PSM telah menjadi kebanggaan yang menyatukan beragam lapisan masyarakat.
Namun, ketika klub ini menghadapi masa sulit, tidak seharusnya kita hanya bersilang tangan, tidur nyenyak, lalu menganggap semua baik-baik saja. Suporter sejati tidak hanya hadir di tribun dengan nyanyian dan bendera, tapi juga menghadirkan kepedulian yang kritis.
Kritik bukanlah bentuk kebencian. Justru sebaliknya, kritik adalah wujud cinta yang paling tulus. Suporter yang kritis adalah mereka yang berani bersuara, mengingatkan, bahkan menegur manajemen, pelatih, atau pemain jika ada yang tidak berjalan semestinya.
Tanpa kritik, klub bisa terlena, manajemen bisa salah arah, dan pemain bisa kehilangan semangat juangnya. Fanatisme buta hanya membuat klub berjalan di tempat, sementara kritik konstruktif memberi ruang untuk perbaikan.
Kini saatnya seluruh elemen PSM bersatu. Pemain harus kembali menunjukkan determinasi di lapangan, pelatih harus berani mengambil keputusan taktis yang tepat, manajemen harus lebih transparan dan profesional, dan suporter harus hadir dengan dukungan yang cerdas.
Jangan sampai cinta kita pada PSM hanya sebatas slogan Ewako! yang lantang, tapi hampa. Suara kita adalah energi, dan energi itu harus diarahkan untuk mendorong kebangkitan, bukan sekadar fanatisme sesaat.
PSM adalah rumah bersama. Jika rumah ini retak, semua penghuninya wajib bergotong-royong memperbaikinya. Saatnya kita berhenti pasif, saatnya kita tidak lagi menutup mata.
PSM butuh kita, dan kita pun butuh PSM untuk tetap berdiri sebagai kebanggaan Sulawesi Selatan. Mari jadikan kritik sebagai jalan cinta, agar klub yang kita cintai ini kembali bangkit, berjaya, dan menjaga muruahnya di pentas sepak bola Indonesia.
Ewako Ewaki Kuewai PSM Makassar!
Sadakati Sukma, Sekjen Red Gank PSM