Sejumlah Penari Pingsan Diduga Kelelahan Saat Acara Banua Kaeyyang di Polman

Posted on

Sejumlah penari jatuh pingsan usai tampil pada kegiatan Banua Kaeyyang di Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat (Sulbar) diduga karena kelelahan. Bahkan dua penari dirujuk ke puskesmas karena mengalami sesak napas.

“Jumlahnya banyak, lebih 10 orang yang pingsan,” kata petugas Puskesmas Pambusuang, Harianto kepada wartawan, Rabu (23/7/2025).

Kegiatan Banua Kaeyyang Multicultural Attraction berlangsung di Lapangan Gas Pambusuang, Desa Bala, Kecamatan Balanipa, Rabu (23/7). Kegiatan ini diselenggarakan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XVIII.

Harianto menduga para penari jatuh pingsan karena kelelahan apalagi mereka tampil sekitar pukul 15.30 Wita. Sebelumnya, para penari itu beberapa hari latihan agar dapat tampil maksimal.

“Mungkin karena stamina soalnya sudah beberapa hari ini mereka latihan terus, karena capek, kelelahan,” bebernya.

Dia mengungkapkan ada dua penari yang harus dirujuk ke Puskesmas Pambusuang. Kedua penari itu mengalami sesak napas.

“Ada dua orang yang dirujuk ke Puskesmas, sesak,” jelasnya.

Sementara salah satu panitia bernama Bojes menduga penari pingsan karena belum makan. Sebab, sebahagian penari diketahui tidak menyentuh makanan yang telah disiapkan panitia.

“Mungkin juga karena belum makan, karena terlalu sibuk persiapan. Ada makanan yang sudah kita siapkan dan diberikan kepada setiap penari itu tidak disentuh, malah disimpang saja,” katanya.

Panitia lain bernama Adil Tambono menambahkan kegiatan Banua Kayyang merupakan upaya untuk memperkenalkan dan mewariskan budaya menenun. Kegiatan ini menghadirkan sedikitnya 100 penenun tradisional.

“Dalam kegiatan ini kita mencoba mengangkat objek-objek kebudayan yang ada di masa silam hingga saat ini. Contohnya kita mencoba menghadirkan 100 penenun sebagai bentuk pelestarian dan pewarisan kebudayaan pada generasi muda,” terang Adil.

Dia mengungkapkan pihaknya menghadirkan semua unsur budaya tenun yang ada di Sulawesi Barat. Mulai dari tenun Sa’be Mandar yang umumnya ada di Kabupaten Polewali Mandar, tenun Sekomandi dari Kabupaten Mamuju serta tenun Sambu Mamasa dari Kabupaten Mamasa.

“Kita menghadirkan semua unsur-unsur kebudayaan sebagai warisan budaya yang ada di Sulawesi Barat, jadi tenunan ini kita mengkolaborasi,” pungkasnya.

Gambar ilustrasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *