Sesal Sultan Usai Emas 150 Gram-Uang Rp 200 Juta Raib Imbas Tawuran Tallo

Posted on

Haji Sultan (60) hanya bisa pasrah menerima kenyataan rumahnya menjadi salah satu yang dibakar massa saat tawuran antarwarga di Tallo, Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel). Emas dan uang ratusan juta juga raib entah ke mana.

Sultan menceritakan, setelah insiden pembakaran rumahnya, seluruh harta bendanya hangus terbakar. Bahkan, beberapa barang miliknya turut dijarah oleh para pelaku tawuran.

“Ada emas ini saya cari, sementara cari anak-anak, ada emas sekitar 150 gram,” ujar Sultan kepada infoSulsel Sabtu (27/9/2025).

Selain emas, uang yang disimpan di dalam rumah juga raib. Sultan hanya bisa menyelamatkan satu motor dan kulkas miliknya saat rumahnya dilahap api.

“Ada uang tersimpan di rumah sekitar (Rp) 200 Juta. Habis (terbakar) karena tinggal celanaku di badanku, (hanya) ada motor sama kulkas satu ditarik anak-anak,” tambahnya.

Sultan menilai musibah yang dialaminya itu adalah kelalaiannya sendiri. Dia mengaku tidak menyangka jika tawuran yang sudah kerap terjadi di sekitar tempat tinggalnya akan menyasar rumahnya.

“Yah kelalaian saya itu, karena saya pikir tidak mungkin rumah saya mau dikasih begitu anak-anak (pelaku tawuran bakar rumah),” ucapnya.

Sultan mengaku sudah 33 tahun tinggal di Tallo. Selama di sana, kawasan tempat tinggalnya memang rawan terjadi tawuran antarkelompok. Namun, menurutnya tawuran kali ini jauh lebih parah dari biasanya sebab sejumlah rumah warga dibakar termasuk rumahnya.

“Sering, tapi tidak terlalu parah begini, berapa mi kapolsek (Tallo) di sini itu anak-anak kalau perang kalau malam atau siang cepat diambil tindakan, yang saya bingung sekarang kenapa terlalu lama pembiarannya kapolsek,” imbuhnya.

Sultan mengaku berada di rumah saat terjadi tawuran hingga rumahnya terbakar. Sebelum insiden tersebut, Sultan sudah mengungsi namun hampir setiap hari tetap datang melihat kondisi rumahnya.

“Iya (sebelum terbakar rumah saya sudah mengungsi) tapi tiap hari saya datang untuk mengontrol rumah jaga-jaga memang, kadang bermalam kadang tidak,” bebernya.

Sejak situasi di sekitar rumahnya tidak kondusif, Sultan mengungsi ke rumah adiknya di Jalan Korban 40.000 Jiwa. Dia mengungsi bersama istri dan satu orang anaknya yang saat itu sedang sakit.

“Waktu kejadian saya sendiri, karena ibu haji (istri saya) na rawat anaknya di rumahnya adik saya sisa 3 orang sisa istri sama anak satu (di rumah),” ungkapnya.

Saat ditanya mengenai penyebab tawuran di kawasan tempat tinggalnya, ia menuturkan situasi biasanya cepat diredam oleh pemerintah setempat dan aparat keamanan. Namun menurutnya, situasi kali ini berbeda.

“Biasa masa lalu dibawa di sini, yah namanya anak-anak remaja janjian (ada) yang bilang di sana (Tallo) perang kalau mau. Perang pernah sedikit ji, secepatnya pemerintah ambil tindakan langsung diredah,” bebernya.

“Barusan saya lihat ini, malahan anggota polisi ikut perang. Maksudnya dia lempari batu, anak-anak perang, maksudnya bukan begitu, cari solusinya cepat, panggil tokoh masyarakat RT-RW, Lurah, Camat duduk bersama,” sambungnya.

Sultan juga menyampaikan keluhannya terkait situasi yang terjadi di sekitar jembatan Layang dekat tempat tinggalnya. Dia mempertanyakan langkah dan solusi dari pihak berwenang karena setiap malam selalu ada petugas di lokasi namun tetap terjadi tawuran.

“Tidak tahu bilang tindakannya apa, malahan mobilnya dipukul mundur. Terus kalau dikasih mundur, sama anak-anak, disuruh warga, yang maju,” pungkasnya.

Sultan menilai musibah yang dialaminya itu adalah kelalaiannya sendiri. Dia mengaku tidak menyangka jika tawuran yang sudah kerap terjadi di sekitar tempat tinggalnya akan menyasar rumahnya.

“Yah kelalaian saya itu, karena saya pikir tidak mungkin rumah saya mau dikasih begitu anak-anak (pelaku tawuran bakar rumah),” ucapnya.

Sultan mengaku sudah 33 tahun tinggal di Tallo. Selama di sana, kawasan tempat tinggalnya memang rawan terjadi tawuran antarkelompok. Namun, menurutnya tawuran kali ini jauh lebih parah dari biasanya sebab sejumlah rumah warga dibakar termasuk rumahnya.

“Sering, tapi tidak terlalu parah begini, berapa mi kapolsek (Tallo) di sini itu anak-anak kalau perang kalau malam atau siang cepat diambil tindakan, yang saya bingung sekarang kenapa terlalu lama pembiarannya kapolsek,” imbuhnya.

Sultan mengaku berada di rumah saat terjadi tawuran hingga rumahnya terbakar. Sebelum insiden tersebut, Sultan sudah mengungsi namun hampir setiap hari tetap datang melihat kondisi rumahnya.

“Iya (sebelum terbakar rumah saya sudah mengungsi) tapi tiap hari saya datang untuk mengontrol rumah jaga-jaga memang, kadang bermalam kadang tidak,” bebernya.

Sejak situasi di sekitar rumahnya tidak kondusif, Sultan mengungsi ke rumah adiknya di Jalan Korban 40.000 Jiwa. Dia mengungsi bersama istri dan satu orang anaknya yang saat itu sedang sakit.

“Waktu kejadian saya sendiri, karena ibu haji (istri saya) na rawat anaknya di rumahnya adik saya sisa 3 orang sisa istri sama anak satu (di rumah),” ungkapnya.

Saat ditanya mengenai penyebab tawuran di kawasan tempat tinggalnya, ia menuturkan situasi biasanya cepat diredam oleh pemerintah setempat dan aparat keamanan. Namun menurutnya, situasi kali ini berbeda.

“Biasa masa lalu dibawa di sini, yah namanya anak-anak remaja janjian (ada) yang bilang di sana (Tallo) perang kalau mau. Perang pernah sedikit ji, secepatnya pemerintah ambil tindakan langsung diredah,” bebernya.

“Barusan saya lihat ini, malahan anggota polisi ikut perang. Maksudnya dia lempari batu, anak-anak perang, maksudnya bukan begitu, cari solusinya cepat, panggil tokoh masyarakat RT-RW, Lurah, Camat duduk bersama,” sambungnya.

Sultan juga menyampaikan keluhannya terkait situasi yang terjadi di sekitar jembatan Layang dekat tempat tinggalnya. Dia mempertanyakan langkah dan solusi dari pihak berwenang karena setiap malam selalu ada petugas di lokasi namun tetap terjadi tawuran.

“Tidak tahu bilang tindakannya apa, malahan mobilnya dipukul mundur. Terus kalau dikasih mundur, sama anak-anak, disuruh warga, yang maju,” pungkasnya.