Siswa SD Negeri 85 , Sulawesi Selatan (Sulsel), terpaksa harus belajar di musala dan perpustakaan sekolah karena kekurangan kelas. Mereka harus bergantian belajar di dalam kelas tiap pekan karena kondisi itu.
Pantauan infoSulsel di lokasi pada Senin (21/4/2025), para siswa kelas 1A duduk melantai di musala dengan masing-masing meja belajar. Di dalam kelas ada satu kursi untuk guru. Musala itu dipasangi papan tulis.
Sementara perpustakaan yang dijadikan ruang kelas ditempati siswa kelas 2. Para siswa terlihat belajar di tengah tumpukan buku dan alam media pembelajaran.
“Sementara menempati ruang musala karena keterbatasan ruangan. Sementara pendaftar di sini setiap tahun membeludak terus,” ungkap Guru SDN 85 Parepare, Surya Indrawati kepada infoSulsel di lokasi, Senin (21/4).
Surya mengatakan ruang musala tersebut ditempati tiga rombongan belajar (rombel) kelas 1A, 1B dan 1C. Siswa dari tiap kelas itu bergantian setiap dua pekan menempati ruang musala untuk belajar.
“Kalau kelas 1 itu ada tiga rombel, tapi cuma ada dua kelas. Jadi bergantian setiap dua minggu ini belajar di musala. Sekarang giliran kelas 1A,” ujarnya.
Di sekolah tersebut ada sebanyak 16 rombel. Namun ruang kelas yang tersedia itu hanya 14.
“Kalau keterbatasan ruangannya kurang 2 kelas. Karena kelas 2 juga itu belajar di Perpustakaan,” tambah Surya.
Dia mengaku siswa terganggu dengan belajar di musala tanpa menggunakan kursi. Guru juga kesulitan dengan buku dan media pembelajaran yang tidak ada di ruang musala.
“Kalau misalnya kita belajarnya di sini kita tidak bisa angkat terus itu buku-buku. Jadi kita tuliskan saja di papan tulis,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Parepare, Makmur mengakui ada surat edaran tidak menggunakan ruang penunjang untuk belajar. Hanya saja edaran itu dikecualikan di SD Negeri 85 Parepare.
“Nah, kita punya sekolah di situ di Perumnas hanya dua, SD 85 dengan SD 37. Bahkan ada anak yang enam tahun setengah tertolak di sana. Nah, sehingga kami berpikir bahwa boleh,” katanya.
Makmur mengatakan tahun ini berjanji akan melakukan penataan penerimaan siswa dengan baik. Dia tidak ingin ada lagi sekolah yang siswanya belajar di ruang penunjang.
“Kalau tahun depannya ini sudah kurang anak yang usia sekolah yang mau masuk, kita normalkan kembali. Dan itu yang kita sepakati. Jadi SD 85 tahun ini hanya menerima dua rombel. Sehingga yang tamat ini kan tiga,” jelasnya.
Makmur melanjutkan untuk penambahan kelas di sekolah itu hanya bisa ditambah ruangan yang bertingkat karena keterbatasan lahan. Dia juga mengakui perlu ada penambahan unit sekolah di wilayah tersebut.
“Jadi memang yang terjadi itu di atas SD 85 dengan SD 37 di Perumnas itu, kita kekurangan sekolah. Sehingga kita mau buka namanya unit sekolah baru. Unit sekolah baru ini kendalanya di lahan,” pungkas Makmur.