Sejumlah siswa SD di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan (Sulsel), terpaksa jalan kaki sejauh 5 kilometer (Km) menuju sekolah. Kondisi jalan yang rusak membuat mereka kesulitan diantar ke sekolah menggunakan kendaraan.
“Saya kurang tahu jumlah pastinya, tetapi memang ada beberapa siswa SD dari Kampung Taba yang jalan kaki sekitar 5 km ke sekolah,” kata Pj Kepala Desa Basseang, Harianto kepada wartawan, Senin (28/7/2025).
Dia menjelaskan para siswa SD berangkat ke sekolah sejak subuh sebab lokasi sekolah mereka yang jauh. Menurutnya, kondisi jalanan yang mereka lalui cukup memprihatinkan karena hanya beberapa bagian yang dikerjakan.
“Iya, itu anak jalan kaki kadang juga diantar ke sekolah. Jalan ke sekolah masih kurang baik. Ada yang sudah dicor sebagian saja karena dana desa terbatas,” jelasnya.
Harianto mengungkapkan di setiap dusun di Desa Basseang sebenarnya sudah ada sekolah. Hanya saja, jarak dari rumah siswa tersebut memang terbilang cukup jauh dari sekolah.
“Ada 3 sekolah SD dan 1 SMP. Ada semua di setiap dusun sekolah tetapi kayak ini Kampung Taba ini kan jaraknya jauh ke sekolah,” paparnya.
Sementara itu, Kepala SD Inpres Kalosi, Herianto menjelaskan siswa dari Kampung Taba memang masih ada yang jalan kaki ke sekolah. Mereka sekolah di kelas jauh SD Inpres Kalosi.
“Iya, masih ada yang jalan kaki tetapi banyak juga diantar ke kelas jauh di Kalosi. Ada kurang lebih 20-an itu dari sana (Kampung Taba),” jelasnya.
Dia mengungkap kondisi kelas jauh juga memprihatinkan. Pun jika ingin membangun gedung, sudah tidak memungkinkan lantaran lahan yang terbatas.
“Itu kelas jauh bahaya. Lahan sempit dan di kiri kanan itu jurang tidak ada tempat upacara,” terangnya.
Dia mengaku sudah berusaha mencari lahan agar kelas jauh bisa dipindahkan ke lokasi yang lebih aman. Sehingga dapat didirikan bangunan yang lebih banyak.
“Saya lobi agar warga kampung carikan tanah dengan catatan ada akta hibah. Kan tidak dibeli lagi pemerintah dan bisa langsung ditempati membangun. Kalau sekarang dari Dikbud mau membangun tetapi tidak ada lahan lagi di sekolah,” bebernya.
Harianto mengungkapkan di setiap dusun di Desa Basseang sebenarnya sudah ada sekolah. Hanya saja, jarak dari rumah siswa tersebut memang terbilang cukup jauh dari sekolah.
“Ada 3 sekolah SD dan 1 SMP. Ada semua di setiap dusun sekolah tetapi kayak ini Kampung Taba ini kan jaraknya jauh ke sekolah,” paparnya.
Sementara itu, Kepala SD Inpres Kalosi, Herianto menjelaskan siswa dari Kampung Taba memang masih ada yang jalan kaki ke sekolah. Mereka sekolah di kelas jauh SD Inpres Kalosi.
“Iya, masih ada yang jalan kaki tetapi banyak juga diantar ke kelas jauh di Kalosi. Ada kurang lebih 20-an itu dari sana (Kampung Taba),” jelasnya.
Dia mengungkap kondisi kelas jauh juga memprihatinkan. Pun jika ingin membangun gedung, sudah tidak memungkinkan lantaran lahan yang terbatas.
“Itu kelas jauh bahaya. Lahan sempit dan di kiri kanan itu jurang tidak ada tempat upacara,” terangnya.
Dia mengaku sudah berusaha mencari lahan agar kelas jauh bisa dipindahkan ke lokasi yang lebih aman. Sehingga dapat didirikan bangunan yang lebih banyak.
“Saya lobi agar warga kampung carikan tanah dengan catatan ada akta hibah. Kan tidak dibeli lagi pemerintah dan bisa langsung ditempati membangun. Kalau sekarang dari Dikbud mau membangun tetapi tidak ada lahan lagi di sekolah,” bebernya.