Membagikan ucapan menjadi kebiasaan umat Islam setiap kali hari raya tiba. Dua kalimat yang paling sering digunakan adalah “Taqabbalallahu minna wa minkum” dan “Minal aidin wal faidzin“.
Meskipun kedua kalimat dalam bahasa Arab ini ramai digunakann oleh umat Islam, tak jarang muncul pertanyaan ucapan yang mana sesuai dengan sunnah. Lantas “Taqabbalallahu minna wa minkum” atau “Minal aidin wal faidzin” yang sesuai sunnah?
Untuk mengetahui jawabannya, yuk simak penjelasannya di bawah ini!
Menyadur buku “Shalat-shalat Tathawwu’ Himpunan Shalat-shalat Sunnah” karya David Muhammad, ucapan hari raya ‘Taqaballahu minna wa minkum‘ telah dikenal sejak masa salaf dahulu. Kalimat ini digunakan oleh para sahabat Nabi SAW untuk saling memberi selamat saat Idul Adha atau Idul Fitri.
Hal ini disebutkan dalam riwayat Jubair bin Nufair RA:
فعن جُبَيْرِ بْنِ نُفَيْرٍ قَالَ : كَانَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا الْتَقَوْا يَوْمَ الْعِيدِ يَقُولُ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ : تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكَ
Artinya: “Dari Jubair bin Nufair RA, ia berkata bahwa jika para sahabat Rasulullah SAW berjumpa dengan hari ‘led (Idul Fithri atau Idul Adha, pen), satu sama lain saling mengucapkan, ‘taqabbalallahu minna wa minka (Semoga Allah menerima amalku dan amal kalian)’.”
Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan. (Fath Al-Bari, 2: 446)
Sebagaimana arti dari hadits di atas, ‘Taqaballahu minna wa minkum‘ memiliki arti ‘semoga Allah menerima amalku dan amal kalian’. Sebagaimana anjurannya, kalimat selamat yang diucapkan pada hari raya sebaiknya dalam bentuk doa.
Sementara itu, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah juga menjelaskan, “Adapun tentang ucapan selamat (tah-niah) ketika hari ‘ied seperti sebagian orang mengatakan pada yang lainnya ketika berjumpa setelah shalat ‘Ied, “Taqabbalallahu minna wa minkum wa ahaalallahu ‘alaika” dan semacamnya, maka seperti ini telah diriwayatkan oleh beberapa sahabat Nabi. Bahkan, para ulama seperti Imam Ahmad memberikan keringanan dalam praktik ini.
Imam Ahmad rahimahullah berkata:
وَلَا بَأْسَ أَنْ يَقُولَ الرَّجُل لِلرَّجُلِ يَوْمَ الْعِيدِ : تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكَ
Artinya: “Tidak mengapa (artinya: boleh-boleh saja) satu sama lain di hari raya ‘ied mengucapkan: Taqabbalallahu minna wa minka.” (Al-Mughni, 2: 250)
Meskipun demikian, Imam Ahmad sendiri memilih tidak memulai ucapan tersebut terlebih dahulu. Seperti yang dikatakannya, “Aku tidak mau mendahului mengucapkan selamat hari raya pada seorang pun. Namun kalau ada yang mengucapkan selamat padaku, aku akan membalasnya”. Imam Ahmad melakukan semacam ini karena menjawab ucapan selamat adalah wajib, sedangkan memulai mengucapkannya bukanlah sesuatu yang dianjurkan.
Dengan demikian, barangsiapa yang ingin mengucapkan selamat, maka ia memiliki qudwah (contoh), dan barangsiapa yang meninggalkannya, ia pun memiliki qudwah (contoh).
Meskipun begitu, bentuk ucapan selamat di hari raya sebenarnya tidak diberi aturan ketat di dalam syariat Islam. Ucapan apa pun yang diutarakan selama maknanya tidak keliru asalnya bisa dipakai. Termasuk dalam menggunakan kalimat ‘Minal ‘aidin wal faizin‘ yang berarti ‘Semoga kembali dan meraih kemenangan’.
Selain “Taqabbalallahu minna wa minkum” dan “Minal aidin wal faidzin” ucapan hari raya lainnya yang dapat digunakan adalah ‘Ied mubarak (Semoga menjadi ‘ied yang penuh berkah) dan Kullu ‘aamin wa antum bi khair (semoga di sepanjang tahun terus berada dalam kebaikan).
Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.
Berikut ini beberapa contoh ucapan taqaballahu minna wa minkum dan minal aidin wal faidzin yang bisa dibagikan saat hari Lebaran:
Demikianlah jawaban ‘taqaballahu minna wa minkum atau minal aidin wal faidzin?’ Semoga menjawab pertanyaan ya, infoers!