Umat Islam akan melaksanakan sholat Idul Adha pada Jumat, 6 Juni 2025. Pelaksanaannya, sholat Idul Adha ini memiliki tata cara tersendiri yang membedakannya dari sholat lima waktu.
Terdapat niat, jumlah takbir, hingga anjuran surah yang berbeda. Untuk itu, penting bagi setiap muslim memahami urutan pelaksanaan dan bacaannya agar bisa mengamalkannya secara khusyuk dan sesuai tuntunan.
Berikut ini infoSulsel menyajikan tata cara sholat Idul Adha, mulai dari bacaan niat, jumlah takbir, hingga bacaan surah yang dianjurkan. Yuk, disimak!
Berikut ini tata cara sholat Id lengkap bacaannya, mulai dari niat hingga salam:
Sebelum melaksanakan sholat, dianjurkan untuk membaca niat sholat terlebih dulu. (1) Berikut ini niat sholat Idul Adha secara berjemaah untuk imam dan makmum:
Niat Sholat untuk Imam
أُصَلَّى سُنَّةً لِعِيْدِ الْأَضْحَى رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ إِمَامًا لِلَّهِ تَعَالَى اللَّهُ أَكْبَرُ
Arab Latin: Ushalli sunnatal li’idil adha rakataini mustaqbilal qiblati imåman lillahi ta’ala. Allahu Akbar.
Artinya: “Aku niat sholat sunnah Idul Adha sebanyak 2 rakaat dengan menghadap kiblat sebagai imam karena Allah Taala. Allah Mahabesar.”
Niat Sholat untuk Makmum
أُصَلَّى سُنَّةً لِعِيْدِ الْأَضْحَى رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ مَأْمُوْمًا لِلَّهِ تَعَالَى
Arab Latin: Ushalli sunnatal li’idil adha rakataini mustaqbilal qiblati ma’mûman lillahi ta’ala.
Artinya: “Aku niat sholat sunnah Idul Adha sebanyak 2 rakaat dengan menghadap kiblat sebagai makmum karena Allah Taala.” (2)
1. Takbiratul Ihram
Melakukan takbiratul ihram seperti sholat-sholat lainnya. (3)
اللهُ اَكْبَرُ
Arab Latin: Allāhu akbar.
Artinya: “Allah Mahabesar.”
2. Membaca Doa Iftitah
Setelah takbiratul ihram, dilanjutkan dengan membaca doa iftitah. (1) Berikut ini lafadz doa iftitah yang bisa dibaca:
اللهُ أَكْبَر كَبِيرًا وَالحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلَا إِنِّي وَخَمْتُ وَجْهِي لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ. إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ .
Arab Latin: Allahu akbar kabiraw wal hamdulillahi katsiró wa subhanallahi bukrotaw wa ashila, inni wajjahtu wajhiya lilladzi fatoros samawati wal ardho hanifam muslimaw wa ma ana minal musyrikiyn. Inna shalati wa nusuki wa mahyaya wa mamati lillahi rabbil ‘alamin, lasyariykalahu wa bidzalika umirtu wa ana minal muslimin.
Artinya: “Allah Mahabesar lagi sempurna kebesaran-Nya, segala puji bagi-Nya dan Mahasuci Allah sepanjang pagi dan sore. Kuhadapkan muka hatiku kepada Zat yang mencipta-kan langit dan bumi dengan keadaan lurus dan menyerahkan diri dan aku bukanlah dari golongan kaum musyrikin. Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku, dan matiku se-mata hanya untuk Allah, Tuhan seru sekalian alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya dan dengan itu aku diperintahkan untuk tidak menyekutukan-Nya. Dan aku dari golongan orang muslimin.” (4)
3. Melakukan Takbir Sebanyak 7 Kali
Pada rakaat pertama, umat muslim bertakbir (takbir zawa-id/tambahan) sebanyak tujuh kali sebelum membaca surah Al-Fatihah. Di antara takbir-takbir tersebut dianjurkan untuk membaca dzikir tertentu. (3)
Berikut ini bacaan dzikir atau tasbih di sela-sela takbir tersebut:
سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ
Arab Latin: Subhanallah walhamdu lillah wa lâ ilaha illallâhu wallâhu Akbar.
Artinya: “Mahasuci Allah, segala puji bagi Allah dan tidak ada Tuhan selain Allah, dan Allah Mahabesar.”
Atau, boleh juga dengan mambaca takbir ini:
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا
Arab Latin: Allâhu akbar kabîrâ, wal hamdu lillâhi katsîrâ, wa subhanallâhi bukrataw wa ashîlâ.
Artinya: “Allah Mahabesar dengan segala kebesaran, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, Mahasuci Allah, pada pagi dan petang.” (1)
4. Membaca Al-Fatihah
Seperti sholat pada umumnya, surah Al-Fatihah juga dibacakan dalam sholat Id juga. (1)
Berikut ini bacaan surah Al-Fatihah:
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ١اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ ٢الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ ٣مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِۗ ٤اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ ٥اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَۙ ٦صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَࣖ ٧
Arab Latin: Bismillâhir-raḫmânir-raḫîm. Al-ḫamdu lillâhi rabbil-‘âlamîn. Ar-raḫmânir-raḫîm. Mâliki yaumid-dîn. Iyyâka na’budu wa iyyâka nasta’în. Ihdinash-shirâthal-mustaqîm. Shirâthalladzîna an’amta ‘alaihim ghairil-maghdlûbi ‘alaihim wa ladl-dlâllîn.
Artinya: “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, pemilik hari Pembalasan. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan. Bimbinglah kami ke jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) orang-orang yang sesat.”
5. Membaca Surah dari Al-Qur’an
Setelah membaca surah Al-Fatihah, dilanjutkan dengan membaca surah dari Al-Qur’an. Karena tahun ini Hari Raya Idul Adha jatuh pada hari Jumat, maka surah yang dianjurkan untuk dibaca pada rakaat pertama adalah surah Al-A’la.
Dari An-Nu’man bin Basyir RA, Nabi Muhammad SAW bersabda:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – يَقْرَأُ فِي الْعِيدَيْنِ وَفِي الْجُمُعَةِ بِ (سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى) وَ (هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ الْغَاشِيَةِ) قَالَ وَإِذَا اجْتَمَعَ الْعِيدُ وَالْجُمُعَةُ فِي يَوْمٍ وَاحِدٍ يَقْرَأُ بِهِمَا أَيْضًا فِي الصلاتين.
Artinya: “Rasulullah SAW biasa membaca dalam sholat Id maupun sholat Jumat “Sabbihisma rabbikal a’la” (surat Al-A’laa) dan “Hal ataka haditsul ghasiyah” (surat Al-Ghasiyah).” An-Nu’man bin Basyir mengatakan begitu pula ketika hari ‘ld bertepatan dengan hari Jum’at, Rasulullah SAW membaca kedua surat tersebut di masing-masing sholat. (HR. Muslim no. 878). (3)
Berikut ini bacaan surah Al-A’la lengkap tulisan Arab, Latin, dan artinya:
سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْاَعْلَىۙ ١الَّذِيْ خَلَقَ فَسَوّٰىۖ ٢وَالَّذِيْ قَدَّرَ فَهَدٰىۖ ٣وَالَّذِيْٓ اَخْرَجَ الْمَرْعٰىۖ ٤ فَجَعَلَهٗ غُثَاۤءً اَحْوٰىۖ ٥سَنُقْرِئُكَ فَلَا تَنْسٰىٓۖ ٦اِلَّا مَا شَاۤءَ اللّٰهُۗ اِنَّهٗ يَعْلَمُ الْجَهْرَ وَمَا يَخْفٰىۗ ٧وَنُيَسِّرُكَ لِلْيُسْرٰىۖ ٨فَذَكِّرْ اِنْ نَّفَعَتِ الذِّكْرٰىۗ ٩سَيَذَّكَّرُ مَنْ يَّخْشٰىۙ ١٠وَيَتَجَنَّبُهَا الْاَشْقَىۙ ١١الَّذِيْ يَصْلَى النَّارَ الْكُبْرٰىۚ ١٢ثُمَّ لَا يَمُوْتُ فِيْهَا وَلَا يَحْيٰىۗ ١٣قَدْ اَفْلَحَ مَنْ تَزَكّٰىۙ ١٤وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهٖ فَصَلّٰىۗ ١٥بَلْ تُؤْثِرُوْنَ الْحَيٰوةَ الدُّنْيَاۖ ١٦وَالْاٰخِرَةُ خَيْرٌ وَّاَبْقٰىۗ ١٧اِنَّ هٰذَا لَفِى الصُّحُفِ الْاُوْلٰىۙ ١٨صُحُفِ اِبْرٰهِيْمَ وَمُوْسٰىࣖ ١٩١٩
Arab Latin: Sabbiḫisma rabbikal-a’lâ. Alladzî khalaqa fa sawwâ. Walladzî qaddara fa hadâ. Walladzî akhrajal-mar’â. Fa ja’alahû ghutsâ’an aḫwâ. Sanuqri’uka fa lâ tansâ. Illâ mâ syâ’allâh, innahû ya’lamul-jahra wa mâ yakhfâ. Wa nuyassiruka lil-yusrâ. Fa dzakkir in nafa’atidz-dzikrâ. Sayadzdzakkaru may yakhsyâ. Wa yatajannabuhal-asyqâ. Alladzî yashlan-nâral-kubrâ. Tsumma lâ yamûtu fîhâ wa lâ yaḫyâ. Qad aflaḫa man tazakkâ. Wa dzakarasma rabbihî fa shallâ. Bal tu’tsirûnal-ḫayâtad-dun-yâ. Wal-âkhiratu khairuw wa abqâ. Inna hâdzâ lafish-shuḫufil-ûlâ. Shuḫufi ibrâhîma wa mûsâ.
Artinya: “Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi, yang menciptakan, lalu menyempurnakan (ciptaan-Nya), yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk, dan yang menumbuhkan (rerumputan) padang gembala, lalu menjadikannya kering kehitam-hitaman. Kami akan membacakan (Al-Qur’an) kepadamu (Nabi Muhammad) sehingga engkau tidak akan lupa. Kecuali jika Allah menghendaki. Sesungguhnya Dia mengetahui yang terang dan yang tersembunyi. Kami akan melapangkan bagimu jalan kemudahan (dalam segala urusan). Maka, sampaikanlah peringatan jika peringatan itu bermanfaat. Orang yang takut (kepada Allah) akan mengambil pelajaran, sedangkan orang-orang yang celaka (kafir) akan menjauhinya, (yaitu) orang yang akan memasuki api (neraka) yang besar. Selanjutnya, dia tidak mati dan tidak (pula) hidup di sana. Sungguh, beruntung orang yang menyucikan diri (dari kekafiran) dan mengingat nama Tuhannya, lalu dia salat. Adapun kamu (orang-orang kafir) mengutamakan kehidupan dunia, padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal. Sesungguhnya (penjelasan) ini terdapat dalam suhuf (lembaran-lembaran) yang terdahulu, (yaitu) suhuf (yang diturunkan kepada) Ibrahim dan Musa.”
6. Melanjutkan Gerakan Sholat Seperti Biasa
Setelah membaca surah dari Al-Qur’an, dilanjutkan dengan gerakan sholat seperti biasa, yakni rukuk, i’tidal, sujud, duduk di antara dua sujud, hingga bangun kembali untuk rakaat kedua.(3)
1. Bertakbir Saat Bangkit
Pada saat bangkit untuk rakaat kedua, kembali melakukan takbir.
اللهُ اَكْبَرُ
Arab Latin: Allāhu akbar.
Artinya: “Allah Mahabesar.”
2. Takbir Sebanyak 5 Kali
Kemudian bertakbir (zawa-id/tambahan) sebanyak 5 kali (selain takbir bangkit dari sujud tadi). Di sela-sela takbir ini juga dianjurkan untuk membaca dzikir. Bacaan dzikirnya sama seperti pada rakaat pertama di penjelasan poin ke-3.
3. Membaca Surah Al-Fatihah
Setelah itu membaca surah Al-Fatihah kembali. Adapun bacaannya, seperti yang telah dituliskan sebelumnya.
4. Membaca Surah dari Al-Qur’an
Pada rakaat kedua, dianjurkan untuk membaca surah Al-Ghasiyah. Berikut ini bacaan surah Al-Ghasiyah dalam tulisan Arab, Latin, dan terjemahan:
هَلْ اَتٰىكَ حَدِيْثُ الْغَاشِيَةِۗ ١وُجُوْهٌ يَّوْمَىِٕذٍ خَاشِعَةٌۙ ٢عَامِلَةٌ نَّاصِبَةٌۙ ٣تَصْلٰى نَارًا حَامِيَةًۙ ٤تُسْقٰى مِنْ عَيْنٍ اٰنِيَةٍۗ ٥لَيْسَ لَهُمْ طَعَامٌ اِلَّا مِنْ ضَرِيْعٍۙ ٦لَّا يُسْمِنُ وَلَا يُغْنِيْ مِنْ جُوْعٍۗ ٧وُجُوْهٌ يَّوْمَىِٕذٍ نَّاعِمَةٌۙ ٨لِّسَعْيِهَا رَاضِيَةٌۙ ٩فِيْ جَنَّةٍ عَالِيَةٍۙ ١٠لَّا تَسْمَعُ فِيْهَا لَاغِيَةًۗ ١١فِيْهَا عَيْنٌ جَارِيَةٌۘ ١٢فِيْهَا سُرُرٌ مَّرْفُوْعَةٌۙ ١٣وَّاَكْوَابٌ مَّوْضُوْعَةٌۙ ١٤وَّنَمَارِقُ مَصْفُوْفَةٌۙ ١٥وَّزَرَابِيُّ مَبْثُوْثَةٌۗ ١٦اَفَلَا يَنْظُرُوْنَ اِلَى الْاِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْۗ ١٧وَاِلَى السَّمَاۤءِ كَيْفَ رُفِعَتْۗ ١٨وَاِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْۗ ١٩وَاِلَى الْاَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْۗ ٢٠فَذَكِّرْۗ اِنَّمَآ اَنْتَ مُذَكِّرٌۙ ٢١لَّسْتَ عَلَيْهِمْ بِمُصَيْطِرٍۙ ٢٢اِلَّا مَنْ تَوَلّٰى وَكَفَرَۙ ٢٣فَيُعَذِّبُهُ اللّٰهُ الْعَذَابَ الْاَكْبَرَۗ ٢٤اِنَّ اِلَيْنَآ اِيَابَهُمْ ٢٥ثُمَّ اِنَّ عَلَيْنَا حِسَابَهُمْࣖ ٢٦
Arab Latin: Tashlâ nâran ḫâmiyah. Tusqâ min ‘ainin âniyah. Laisa lahum tha’âmun illâ min dlarî’. Lâ yusminu wa lâ yughnî min jû’. Wujûhuy yauma’idzin nâ’imah. Lisa’yihâ râdliyah. Fî jannatin ‘âliyah. Lâ tasma’u fîhâ lâghiyah. Fîhâ ‘ainun jâriyah. Fîhâ sururum marfû’ah.
Wa akwâbum maudlû’ah. Wa namâriqu mashfûfah. Wa zarâbiyyu mabtsûtsah. A fa lâ yandhurûna ilal-ibili kaifa khuliqat. Wa ilas-samâ’i kaifa rufi’at. Wa ilal-jibâli kaifa nushibat. Wa ilal-ardli kaifa suthiḫat. Fa dzakkir, innamâ anta mudzakkir. Lasta ‘alaihim bimushaithir. Illâ man tawallâ wa kafar. Fa yu’adzdzibuhullâhul-‘adzâbal-akbar. Inna ilainâ iyâbahum. Tsumma inna ‘alainâ ḫisâbahum.
Artinya: “Sudahkah sampai kepadamu berita tentang al-Gāsyiyah (hari Kiamat yang menutupi kesadaran manusia dengan kedahsyatannya)? Pada hari itu banyak wajah yang tertunduk hina (karena) berusaha keras (menghindari azab neraka) lagi kepayahan (karena dibelenggu). Mereka memasuki api (neraka) yang sangat panas. (Mereka) diberi minum dari sumber mata air yang sangat panas. Tidak ada makanan bagi mereka selain dari pohon yang berduri, yang tidak menggemukkan dan tidak pula menghilangkan lapar. Pada hari itu banyak (pula) wajah yang berseri-seri, merasa puas karena usahanya. (Mereka) dalam surga yang tinggi. Di sana kamu tidak mendengar (perkataan) yang tidak berguna. Di sana ada mata air yang mengalir. Di sana ada (pula) dipan-dipan yang ditinggikan, gelas-gelas yang tersedia (di dekatnya), bantal-bantal sandaran yang tersusun, dan permadani-permadani yang terhampar. Tidakkah mereka memperhatikan unta, bagaimana ia diciptakan? Bagaimana langit ditinggikan? Bagaimana gunung-gunung ditegakkan? Bagaimana pula bumi dihamparkan? Maka, berilah peringatan karena sesungguhnya engkau (Nabi Muhammad) hanyalah pemberi peringatan. Engkau bukanlah orang yang berkuasa atas mereka. Akan tetapi, orang yang berpaling dan kufur, Allah akan mengazabnya dengan azab yang paling besar. Sesungguhnya kepada Kamilah mereka kembali. Kemudian, sesungguhnya Kamilah yang berhak melakukan hisab (perhitungan) atas mereka.
5. Mengerjakan Gerakan Sholat Seperti Biasa
Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.
Setelah membacakan surah Al-Ghasiyah kemudian dilanjutkan dengan gerakan sholat seperti biasa, yakni rukuk, I’tidal, sujud pertama, duduk di antara dua sujud, sujud kedua, duduk tasyahud akhir, dan salam.
Menyadur buku “Shalat-shalat Tathawwu’ Himpunan Shalat-shalat Sunnah” karya David Muhammad, terdapat beberapa hal yang dianjurkan saat hendak keluar melaksanakan sholat Id. Berikut di antaranya:
Umat muslim dianjurkan untuk mandi sebelum berangkat sholat Id. Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan:
Artinya: “Terdapat riwayat yang shahih yang menceritakan bahwa Ibnu ‘Umar RA yang dikenal sangat mencontoh ajaran Nabi SAW biasa mandi pada hari Id sebelum berangkat sholat.” (Zaadul Ma’ad fii Hadyi Khairil ‘Ibad, 1/425).
Saat akan pergi melaksanakan sholat Id, sebaiknya berhias diri dan memakai pakaian yang terbaik. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Qayyim:
Artinya: “Nabi SAW biasa keluar ketika sholat Idul Fitri dan Idul Adha dengan pakaiannya yang terbaik.” (Zaadul Ma’ad fii Hadyi Khairil ‘Ibad, 1/425).
Umat muslim dianjurkan untuk tidak makan terlebih dahulu sebelum melaksanakan sholat Idul Adha. Tujuannya adalah agar daging qurban bisa segera disembelih dan dinikmati setelah sholat Id. (Lihat shahih Fiqh Sunna, 1/607).
Dari ‘Abdullah bin Buraidah radhiyallahu ‘anhu, dari ayahnya, ia berkata:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – لَا يَغْدُو يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَأْكُلَ وَلَا يَأْكُلُ يَوْمَ الْأَضْحَى حَتَّى يَرْجِعَ فَيَأْكُلَ مِنْ أَضْحِيَّتِهِ
Artinya: “Rasulullah SAW biasa berangkat sholat Id pada hari Idul Fitri dan beliau makan terlebih dahulu. Sedangkan pada hari Idul Adha, beliau tidak makan lebih dulu kecuali setelah pulang dari sholat Id baru beliau menyantap hasil kurbannya.” (HR. Ahmad 5/352.Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa:
كَانَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْرُجُ يَوْمَ الفِطْرِ فَيُكَبِّر حَتَّى يَأْتِيَ الْمُصَلَّى وَحَتَّى يَقْضِيَ الصَّلَاةَ فَإِذَا قَضَى الصَّلَاةَ ؛ قَطَعَ التَّكْبِيرِ
Artinya: “Nabi SAW biasa keluar hendak sholat pada hari raya Idul Fitri, lantas beliau bertakbir sampai di lapangan dan sampai sholat hendak dilaksanakan. Ketika sholat hendak dilaksanakan, beliau berhenti dari bertakbir.” (Dikeluarkan dalam As-Silsilahh Ash-Shahihah no. 171. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa riwayat ini shahih). (3)
Demikianlah tata cara sholat Idul Adha lengkap dengan Bacaannya, mulai dari niat hingga salam. Semoga bermanfaat, infoers!
Sumber: