Unhas Resmikan Migrant Service Center, Menteri P2MI Apresiasi

Posted on

Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) Mukhtarudin meresmikan Migrant Service Center (MSC) milik Universitas Hasanuddin (Unhas), Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel). Dia mendorong perguruan tinggi untuk aktif menyiapkan tenaga kerja profesional agar mampu menjemput peluang kerja global.

“Saya memberikan apresiasi kepada Unhas yang hari ini telah melakukan launching Migrant Service Center dan terintegrasi dari hulu ke hilir. Ini saya kira sebuah role model bagi universitas,” ujar Mukhtarudin usai peresmian MSC di kampus Unhas, Jalan Perintis Kemerdekaan, Makassar, Kamis (13/11/2025).

Dia menyampaikan pemerintah ingin menjadikan perguruan tinggi sebagai mitra strategis dalam menyiapkan tenaga kerja profesional ke luar negeri. Langkah itu dinilai penting agar Indonesia bisa memanfaatkan peluang global.

“Kuncinya adalah pemberdayaan masyarakat melalui pekerja migran Indonesia. Di samping kita tetap mengutamakan pekerjaan dalam negeri, tapi peluang lapangan kerja luar negeri terbuka lebar harus kita manfaatkan,” katanya.

Mukhtarudin menjelaskan hingga saat ini sudah ada delapan perguruan tinggi yang memiliki MSC. Namun, kata dia, Unhas menjadi satu-satunya yang sudah terintegrasi penuh dalam ekosistem pekerja migran.

“Mudah-mudahan ini menjadi kerja awal kita yang lebih baik. Kami tentu pemerintah siap memfasilitasi Migrant Service Center Unhas untuk ke depan agar semakin besar,” ucapnya.

Dia mengungkapkan berdasarkan data Sistem Komputerisasi Pekerja Migran Indonesia (SISKOP2MI) per 10 November 2025, terdapat 359.730 lowongan kerja luar negeri yang baru terisi sekitar 70.000. Itu berarti masih ada sekitar 80 persen peluang kerja yang bisa diisi tenaga kerja asal Indonesia.

“Di sini kita bisa masuk. Datanya ada di kita. (Kementerian P2MI) bisa memberikan masukan kepada Unhas. Sektornya ini, kompetensinya ini yang mereka butuhkan, bahasanya seperti ini yang dibutuhkan. Mainkan barang ini. Jadi, kita sinergi,” paparnya.

Mukhtarudin menyebut pemerintah saat ini tengah menyiapkan kebijakan besar untuk memperluas kesempatan kerja ke luar negeri. Presiden Prabowo Subianto telah memberi arahan agar sumber daya manusia (SDM) Indonesia menembus pasar kerja global.

“Sidang kabinet 20 Oktober, Bapak Presiden meminta kami menyiapkan 500.000, bahkan kalau bisa 1 juta, untuk menyiapkan SDM untuk mengisi pasar kerja luar negeri,” tuturnya.

Menurutnya, target itu penting karena Indonesia akan menghadapi puncak bonus demografi pada 2030. Pada masa itu, jumlah usia produktif akan jauh lebih besar dibanding usia tidak produktif.

“Bapak Presiden sudah menekankan bahwa kita harus sudah mulai mengisi pasar-pasar kerja middle skill dan high skill di luar negeri,” ucapnya.

Sementara itu, Rektor Unhas Jamaluddin Jompa berharap banyak atas peresmian MSC di kampusnya. Dia menyebut kehadiran pusat layanan ini merupakan langkah nyata Unhas untuk mendukung program pemerintah di bidang ketenagakerjaan.

“Ini artinya Unhas sudah harus mencoba jalan bersama, untuk memastikan bahwa peran universitas dalam men-support program-program Pak Menteri ini kemudian berlanjut dan lebih efektif ke depannya,” ujarnya.

Jamaluddin berharap MSC Unhas dapat menjadi aset pemerintah daerah dalam mendukung penyiapan tenaga kerja profesional. Program ini diharapkan tidak hanya bermanfaat bagi alumni Unhas, tetapi juga bagi masyarakat luas.

“Kita berharap bahwa kehadiran Migrant Service Center di Unhas ini juga akan menjadi aset pemerintah daerah untuk supaya tenaga kerja profesional dari daerah masing-masing ini juga bisa dimanfaatkan. Bukan hanya untuk alumni Unhas, tentu alumni Unhas kami prioritaskan, tapi sebenarnya kebutuhan pekerja profesional di luar jauh lebih banyak,” katanya.

Dia menyampaikan Unhas siap berperan aktif memperkuat kapasitas tenaga kerja Sulsel agar mampu bersaing di pasar global. Menurutnya, peluang besar di luar negeri bisa diambil jika Indonesia menyiapkan SDM dengan baik.

“Bagaimana bisa ikut berperan di dalam memperkuat orang-orang Sulsel khususnya untuk kemudian mengisi job order di Jepang yang diperkirakan itu meningkat menjadi, mungkin mereka kekurangan sampai 7 juta orang. Itu diisi oleh negara lain kalau Indonesia tidak siap,” tuturnya.

Jamaluddin menegaskan MSC Unhas bukan sekadar proyek administratif. Dia menyebut layanan ini sudah dalam tahap implementasi nyata.

“Kami all out, Pak Menteri. Bahwa hari ini Bapak tidak me-launching Migrant Service Center yang hanya sekadar administratif, tapi ini sudah betul-betul in action,”ucapnya.