Wali Kota Parepare, Tasming Hamid buka suara setelah , Sulawesi Selatan (Sulsel), masuk kategori kota paling intoleran berdasarkan studi Indeks Kota Toleran (IKT) 2024 yang dirilis Setara Institute. Tasming mengaku bingung dan mempertanyakan indikator yang digunakan Setara Institute sehingga Parepare mendapat skor terendah dalam IKT.
“Jadi begini, saya juga tidak tahu apa indikatornya sehingga Parepare dikatakan intoleran. Karena setahu saya, saya ini baru dilantik, belum cukup 100 hari,” ungkap Tasming Hamid kepada infoSulsel, Jumat (30/5/2025).
Tasming pun ogah menanggapi lebih jauh terkait hasil tersebut. Dia berdalih hasil studi Setara Institute terkait IKT itu dilakukan sebelum dirinya menjabat sebagai wali kota.
“Kalau saya ditanya, saya bingung, kenapa mesti sekarang? Kenapa bukan dari dulu-dulu? Itulah saya bilang, saya belum bisa tanggapi masalah itu karena saya tidak tahu apa masalahnya, dimana, apa indikatornya?” ujarnya.
Kendati demikian, Tasming akan tetap berupaya untuk memperkuat nilai-nilai intoleransi di jajaran Pemkot Parepare. Menurutnya, toleransi itu sudah menjadi kewajiban masyarakat dan diatur perundang-undangan.
“Saya pikir kalau bicara masalah toleransi, kita tidak perlu lagi diajari. Kita ini dalam bernegara ini sudah ada pemerintah yang tentukan ya. Pancasila menjadi rujukan kita semua. Negara, undang-undang mengakui lima agama,” jelas Tasming.
Diketahui, studi Setara Institute menempatkan Parepare peringkat ke 94 atau menjadi juru kunci dalam Indeks Kota Toleran 2024. Parepare mendapat skor paling terendah 3,945 atau dinilai kota paling intoleran.
Setara Institute menggunakan 8 indikator dalam penilaian IKT 2024. Indikator yang dimaksud yakni Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), kebijakan pemerintah kota, peristiwa intoleransi, dinamika masyarakat sipil, pernyataan publik pemerintah kota, tindakan nyata pemerintah kota, heterogenitas agama, dan inklusi sosial keagamaan.
Dalam keterangan tertulisnya yang dilansir dari infoNews, Setara Institute menyebut suatu kota mendapatkan skor terendah bukan hanya karena peristiwa intoleran ataupun hal-hal lainnya yang destruktif terhadap toleransi. Hal ini juga dipengaruhi ketiadaan fokus dan inovasi terhadap pemajuan toleransi di kotanya.
“Sementara kota-kota telah bergegas dalam melakukan berbagai inovasi maupun terobosan dalam pemajuan toleransi,” tulis Setara Institute dalam keterangan tertulisnya.
Faktor lain yang menentukan yaitu kepemimpinan politik, birokrasi, serta kepemimpinan masyarakat. Kota tersebut belum memperlihatkan kinerja nyata dan kolaboratif dalam pemajuan toleransi.
Berikut peringkat 10 terbesar kota paling intoleran atau wilayah tingkat toleransinya rendah berdasarkan Indeks Kota Toleran 2024 dari Setara Institute:
85. Pagar Alam 4,381
86. Sabang 4,377
87. Ternate 4,370
88. Makassar 4,363
89. Bandar Lampung 4,357
90. Pekanbaru 4,320
91. Banda Aceh 4,202
92. Lhokseumawe 4,140
93. Cilegon 3,994
94. Parepare 3,945