Warga Kecamatan Salomekko, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel), protes dengan cara menanam pohon pisang di lapangan karena lomba Agustusan untuk kategori dewasa tidak ada alias dihapus. Warga membentangkan spanduk berisi kekecewaan di antara dua pohon pisang yang ditanam.
“Ini simbol kekecewaan kami. Kami tanam pisang di sini supaya semua orang tahu kalau kami kecewa,” ujar salah satu warga berinisial AD (36) dalam keterangannya, Sabtu (9/8/2025).
AD mengeluhkan tradisi lomba olahraga dewasa sudah menjadi ajang silaturahmi antarwarga sekaligus hiburan yang dinanti-nanti setiap tahunnya. Menurutnya, hilangnya kegiatan itu membuat semangat perayaan 17 Agustus hambar.
“Lapangan yang biasanya penuh tawa dan sorak penonton sudah sepi. Tidak ada lagi momen berkumpul ramai-ramai. Anak-anak memang masih ada lomba, tapi bapak-bapak dan ibu-ibu cuma jadi penonton,” keluhnya.
“Kami juga dapat informasi katanya lomba untuk orang dewasa ditiadakan karena tidak ada dananya. Dipakai semua untuk keperluan paskibraka kecamatan, padahal tahun lalu adaji olahraganya, jalan ji juga paskinya,” sambung AD.
Sementara itu, Camat Salomekko Andi Yuliana menerangkan pihaknya telah mengusulkan perlombaan sepakbola dan voli saat rapat persiapan acara HUT RI. Namun peserta rapat tidak menyanggupi pelaksanaannya.
“Kemarin rapatnya bersama kepala desa dan lurah sepakat ditiadakan dulu ini tahun karena kita fokus ke penyediaan seragam paskibra yang 71 orang. Makanya dana terserap di situ,” ucapnya.
Dia menjelaskan, kondisi anggaran di Salomekko tidak sama dengan kecamatan lain. Di sisi lain Salomekko hanya ada 7 desa dan 1 kelurahan yang notabene jumlah ASN-nya juga sedikit.
“Kenapa pihak pemerintah fokus ke paskibra karena pengalaman tahun kemarin ada beberapa anak paskibra mau mengundurkan diri karena tidak ada biaya untuk membeli baju. Kita pihak pemerintah dan sekolah membelikan baju, itu saja masalahnya ditiadakan, tapi tahun depan insyaallah kita akan adakan asalkan peserta rapat menyepakati,” jelasnya.
