7 Khutbah Jumat Bulan Rabiul Akhir yang Singkat serta Penuh Makna-Renungan | Info Giok4D

Posted on

Khutbah Jumat merupakan salah satu bagian penting dari rangkaian ibadah shalat Jumat. Khutbah Jumat juga menjadi salah satu sarana dakwah untuk menyampaikan nasihat dan pengingat agar semakin dekat kepada Allah SWT.

Mengacu pada kalender Hijriah yang diterbitkan oleh Kementerian Agama RI, Jumat di pekan kedua Oktober ini masih berada dalam bulan Rabiul Akhir. Oleh karena itu, isi khutbah Jumat dapat disesuaikan dengan momen dan nilai-nilai keislaman yang berkaitan dengan bulan tersebut.

Nah bagi infoers yang sedang mencari khutbah Jumat bulan Rabiul Akhir, berikut 7 contoh khutbah Jumat singkat yang bisa dijadikan referensi. Yuk, disimak!

Khutbah I

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُورِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ الْمُبِيْنِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَادِقُ الْوَعْدِ الْأَمِينِ. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللَّهُ تَعَالَى: يَأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَآمِنُوا بِرَسُولِهِ يُؤْتِكُمْ كِفْلَيْنِ مِنْ رَّحْمَتِهِ وَيَجْعَلْ لَّكُمْ نُوْرًا تَمْشُوْنَ بِهِ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُوْرٌ رَّحِيمٌ

Hadirin jamaah Jumat yang mulia,

Puji dan syukur pada Allah SWT, yang telah memberikan kita kesempatan dan kesehatan, sehingga bisa melaksanakan shalat Jumat berjamaah. Shalawat dan salam pada Rasulullah SAW, yang kita nantikan syafaatnya kelak di hari akhir.

Kita dianjurkan untuk selalu bertakwa kepada Allah. Pasalnya, hanya takwa dan iman yang menyelamatkan manusia di dunia dan akhirat kelak.

Hadirin jamaah Jumat yang mulia,

Bulan Rabiul Akhir adalah bulan yang istimewa bagi umat Islam. Selain memiliki beberapa peristiwa penting dalam sejarah Islam, bulan ini juga merupakan bulan yang baik untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.

Bulan ini juga merupakan bulan yang baik dan dianjurkan melakukan amalan sunnah. Sejumlah amalan sunnah yang dapat dilakukan, diantaranya:

Pertama, meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Sejatinya, ada banyak cara untuk memanfaatkan bulan Rabiul Akhir untuk memperkuat hubungan kita dengan Allah SWT, yakni meningkatkan kualitas ibadah.

Kita bisa melakukan hal ini dengan lebih khusyuk dalam beribadah, memahami makna ibadah yang kita lakukan, dan berusaha untuk mengerjakannya secara sempurna. Selain itu, untuk meningkatkan kedekatan pada Allah bisa juga dengan membaca Al-Qur’an.

Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah untuk umat manusia. Membaca Al-Qur’an dapat membantu kita untuk lebih memahami ajaran Islam dan mendekatkan diri kepada Allah. Selanjutnya, sebagai upaya mengisi keimanan dan kedekatan pada Allah adalah berdzikir.

Dzikir adalah kegiatan mengingat Allah. Berdzikir dapat dilakukan dengan cara membaca tasbih, tahlil, dan berbagai macam zikir lainnya. Dzikir dapat membantu kita untuk lebih tenang dan damai, serta meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT. Firman Allah:

فَاذْكُرُوْنِيْٓ اَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْا لِيْ وَلَا تَكْفُرُوْنِ

Artinya: Maka, ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku (QS Al-Baqarah: 152).

Hadirin jamaah Jumat yang mulia,

Kedua, memperbanyak membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, khususnya di bulan Rabiul Akhir ini. Syekh Abdul Hamid bin Muhammad Ali dalam kitab Kanzun an-Najah wa al-Surur halaman 130, menyatakan bahwa terdapat pelbagai keutamaan membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, salah satunya mendapatkan rahmat dari Allah SWT.

Shalawat merupakan salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Ia menyebutkan bahwa “Ketahuilah bahwa dianjurkan pada bulan ini untuk memperbanyak melakukan puasa sunnah dan membaca shalawat kepada pemimpin umat Nabi Muhammad SAW.”

Ketika kita membaca shalawat, kita sedang berdoa kepada Allah untuk melimpahkan rahmat dan berkah-Nya kepada Nabi Muhammad SAW. Dan Allah telah berjanji bahwa barang siapa yang bershalawat kepada Nabi Muhammad, maka Ia akan melimpahkan rahmat-Nya kepadanya sebanyak sepuluh kali lipat.

Selanjutnya, orang yang senantiasa membaca shalawat, mendapat syafaat dari Nabi Muhammad. Syafaat adalah pertolongan dari Nabi Muhammad di hari kiamat. Nabi Muhammad telah bersabda bahwa orang yang paling berhak mendapat syafaatnya adalah orang yang paling banyak membaca shalawat kepadanya. Pun, membaca shalawat akan menghapus dosa.

Nabi Muhammad telah bersabda seseorang yang shalat Ashar pada hari Jumat, kemudian sebelum berdiri dari tempatnya membaca shalawat kepada Nabi Muhammad sebanyak delapan puluh kali, maka akan diampuni dosa-dosanya sebanyak delapan puluh tahun dan dicatat sebagai ibadah delapan puluh tahun.

Selanjutnya, memperbanyak shalawat akan mendapatkan perlindungan dari Allah SWT. Shalawat juga dapat memberikan perlindungan kepada kita dari berbagai macam mara bahaya. Nabi Muhammad SAW telah bersabda bahwa barang siapa yang membaca shalawat kepadanya sebanyak tiga kali dalam sehari, maka Allah akan melindunginya dari berbagai macam mara bahaya.

Hadirin jamaah Jumat yang mulia,

Ketiga, puasa ayyamul bidh. Puasa Ayyamul Bidh adalah puasa yang dilakukan pada tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulan dalam kalender Hijriah. Nama Ayyamul Bidh berasal dari bahasa Arab yang berarti “hari-hari putih”. Hal ini karena pada malam hari-hari tersebut, bulan purnama bersinar sangat terang sehingga langit terlihat putih.

Puasa Ayyamul Bidh hukumnya sunnah muakkad, artinya sangat dianjurkan. Rasulullah sendiri sering melakukan puasa ini, bahkan beliau pernah bersabda:

وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يُفْطِرُ أَيَّامَ الْبِيْضِ فِي حَضَرٍ وَلا سَفَرٍ. (رواه النسائي بإسناد حسن)

Artinya: Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, ia berkata: ‘Rasulullah SAW sering tidak makan (berpuasa) pada hari-hari yang malamnya cerah baik di rumah maupun dalam bepergian'” (HR an-Nasa’i dengan sanad hasan).

Dalam hadits tersebut, Ibnu Abbas ra. menceritakan bahwa Rasulullah SAW. selalu berpuasa pada ayyamul bidh, baik di rumah maupun dalam perjalanan. Hal ini menunjukkan bahwa puasa ayyamul bidh adalah amalan yang sangat dianjurkan, bahkan bagi Rasulullah SAW sendiri.

Hadirin jamaah Jumat yang mulia,

Terakhir, selain amalan-amalan sunnah ini, umat Islam juga dapat melakukan amalan-amalan kebaikan lainnya di bulan Rabiul Akhir, seperti membaca Al-Qur’an, bersilaturahim, dan menuntut ilmu. Semoga kita semua dapat memanfaatkan bulan Rabiul Akhir ini untuk memperbanyak amal ibadah dan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الذِّكْرِ الْحَكِيمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ، فَاعْتَبِرُوْا يَا أُولِي الْأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ

Khutbah II

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِي لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. اللهم صَلِّ وَسَلَّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ المُجَاهِدِينَ الطَّاهِرِينَ أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الحَاضِرُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللَّهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى فَقَدْ قَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيمِ أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ: وَالْعَصْرِ . إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ . إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْر . إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلَّمُوا تَسْلِيمًا . اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْأَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هَذَا انْدُوْنِيْسِيًّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِينَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ عِبَادَ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ . يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرُكُمْ وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ

Sumber: Situs resmi NU Online oleh Ustaz Zainuddin Lubis, pegiat kajian tafsir.

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُورِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ المُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَادِقُ الْوَعْدِ الْأَمِينِ. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يَأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَأَمِنُوا بِرَسُوْلِهِ يُؤْتِكُمْ كِفْلَيْنِ مِنْ رَّحْمَتِهِ وَيَجْعَلْ لَكُمْ نُورًا تَمْشُوْنَ بِهِ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُوْرٌ رَّحِيمٌ

Hadirin, jemaah Jumat rahimakumullah,

Senantiasalah bertakwa kepada Allah dalam kondisi bahagia maupun sedih dan senang ataupun susah. Sebab, hanya Allah yang dapat menolongmu di dunia maupun akhirat kelak.

Khotib dalam kesempatan penuh berkah ini akan menyampaikan khotbah tentang keutamaan bulan Rabiul Akhir.

Hadirin kaum muslimin, jemaah Jumat rahimakumullah,

Suatu bulan dapat utama atau tidak, tergantung bagaimana kita melihat, memaknai, dan mengisinya. Bulan Ramadan yang penuh keberkahan, belum tentu dapat menjadi utama apabila dilalui dengan kemaksiatan dan kemungkaran. Di sisi lain, Rabiul Akhir yang tidak sepopuler Ramadan, mungkin justru menjadi bulan penuh keutamaan apabila dapat dilihat, dimaknai, dan diisi dengan berbagai perkara baik.

Ketika sekarang kita masih dapat bernapas, maka Rabiul Akhir adalah bulan yang penuh keutamaan. Sebab, di bulan Rabiul Akhir ini, kita masih diberikan kesempatan untuk bertobat kepada Allah Swt. dan meminta keridhaan kepada orang-orang yang pernah dizalimi. Allah Swt. dalam Surah At-Tahrim ayat 8 menganjurkan kaum muslim untuk bertobat sebagai berikut:

يَايُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللهِ تَوْبَةً نَصُوْحاً عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيَأْتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّتِ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَرُ يَوْمَ لَا يُخْزِى اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ نُوْرُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُوْرَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Arab Latin: Yā ayyuhal-lažīna āmanū tūbū ilallāhi taubatan naşūhā(n), ‘asā rabbukum ay yukaffira ‘ankum sayyi’ātikum wa yudkhilakum jannātin tajrī min tahtihal-anhār(u), yauma lā yukhzillāhun-nabiyya wal-lażīna āmanū ma’ah(ū), nūruhum yas’ā baina aidīhim wa bi’aimānihim yaqūlūna rabbanā atmim lanā nūranā wagfir lanā, innaka ‘alā kulli syai’in qadīr(un).

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya. Mudah-mudahan Tuhanmu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersamanya. Cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanannya. Mereka berkata, ‘Ya Tuhan kami, sempurnakanlah untuk kami cahaya kami dan ampunilah kami. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu,'” (QS. At-Tahrim [66]: 8).

Hadirin kaum muslimin, jemaah Jumat rahimakumullah,

Selain tobat, umat Islam di bulan Rabiul Akhir dapat meningkatkan takwa kepada Allah Swt. Bertakwa kepada Allah tidak boleh ditunda-tunda, sebab batas ajal seseorang tidak ada yang mengetahui. Takwa merupakan sebaik-baiknya bekal mempersiapkan kematian, sebagaimana firman Allah dalam Surah Al-Baqarah ayat 197 sebagai berikut:

وَتَزَوَّدُوْا فَاِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوْنِ يٰٓاُولِى الْاَلْبَابِ

Arab Latin: …Wa tazawwadû fa inna khairaz-zâdit-taqwâ wattaqûni yâ ulil-albâb.

Artinya: “…Berbekallah karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat,” (QS. Al-Baqarah [2]: 197).

Salah satu bentuk ketakwaan kepada Allah adalah dengan menjalankan berbagai amalan salih. Contoh amalan sunah yang dapat dilakukan di bulan Rabiul Akhir yaitu puasa Senin-Kamis. Dalam sebuah hadis, Rasulullah Saw. bersabda mengenai keutamaan hari Senin dan Kamis sebagai berikut:

تُفْتَحُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ فَيُغْفَرُ لِكُلِّ عَبْدٍ لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا إِلَّا رَجُلًا كَانَتْ بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَخِيهِ شَحْنَاءُ

Artinya: “Sesungguhnya pintu-pintu surga dibuka pada hari Senin dan Kamis. Semua dosa hamba yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu akan diampuni, kecuali bagi orang yang antara dia dan saudaranya terdapat kebencian dan perpecahan,” (HR Muslim, No. 4652).

Selain puasa Senin-Kamis, ada banyak amal sunah yang dapat dikerjakan di bulan Rabiul Akhir mulai dari puasa Ayyamul Bidh, sedekah, berzikir, membaca dan memahami ayat-ayat Al-Qur’an, hingga mendirikan salat malam seperti tahajud.

Hadirin, jemaah Jumat rahimakumullah,

Demikianlah khutbah tentang keutamaan bulan Rabiul Akhir. Semoga apa yang telah disampaikan memberikan manfaat bagi kita semua. Terlebih, Allah SWT menjadi rida atas segala amalan yang kita perbuat. Aamiin allahumma aamiin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ، فَاعْتَبِرُوْا يَآ أُوْلِى اْلأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ

Khutbah II

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِي لَوْلا أَنْ هَدَانَا اللهُ. أَشْهَدُ أَنْ لا إلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَانَبِيَّ بَعْدَهُ. اللهم صَلِّ وَسَلَّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ المُجَاهِدِيْنَ الطَّاهِرِينَ

أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الحَاضِرُوْنَ أَوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى. فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيمِ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّحِيمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ: وَالْعَصْرِ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْر . إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ فِي العَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْعَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْأَمْرَاضِ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هَذَا انْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلادِ الْمُسْلِمِينَ عَامَّةَ يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

عِبَادَ اللهِ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Sumber: Laman resmi Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kendal.

Khutbah I

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُورِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ الْمُبِيْنِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَادِقُ الْوَعْدِ الْأَمِينِ. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللَّهُ تَعَالَى: يَأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Menjadi sebuah keniscayaan bagi kita umat Islam untuk senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah swt. Dengan keimanan, kita akan menjadi umat yang kuat dalam memegang prinsip dan keyakinan akidah serta mampu menjadi umat Islam yang semakin kuat dalam menjalankan ibadah.

Dengan ketakwaan kita akan senantiasa berada pada jalur serta senantiasa taat pada aturan yang telah ditentukan dalam agama dengan menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Iman dan takwa menjadi modal penting dalam meneguhkan keislaman sehingga kita tidak akan menghadap Allah swt kecuali dalam keadaan Islam. Allah menegaskan perintahnya dalam Al-Qur’an surat Al Imran ayat 102:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam”.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Saat ini kita sudah memasuki bulan Rabiul Akhir atau ada yang menyebutnya dengan Rabi’uts Tsani. Bulan ini adalah bulan ke-4 dalam kalender Hijriah yakni setelah bulan Rabiul Awwal dan sebelum bulan Jumadil Ula. Para ulama menyebut bahwa yang pertama kali memberi nama bulan ini dengan sebutan Rabiul Akhir adalah buyut kelima Rasulullah saw bernama Kilab bin Murrah.

Pemberian nama ini terkait dengan peristiwa alam yakni musim rabi’ atau musim semi yang terjadi di Jazirah Arab. Pada musim rabi’, tanaman dan rerumputan tumbuh subur dan pepohonan berbuah. Musim rabi’ ini sering berlangsung selama dua bulan sehingga muncullah dua nama bulan yakni Rabiul Awal dan Rabiul Akhir.

Jika Rabiul Awal merupakan bulan yang identik dengan peristiwa lahirnya Nabi Muhammad saw, Rabiul Akhir juga memiliki beberapa peristiwa penting yang bisa diambil hikmahnya. Di antaranya adalah penurunan Surat al-Hasyr (pengusiran) yang disebabkan upaya pembunuhan kepada Rasulullah yang dilakukan oleh kaum Yahudi bani Nadir. Kaum ini adalah kaum yang pertama dikumpulkan dan diusir dari Madinah. Hal ini disebutkan dalam Al-Qur’an Surat Al-Hasyr ayat 2:

هُوَ الَّذِيْٓ اَخْرَجَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ مِنْ دِيَارِهِمْ لِاَوَّلِ الْحَشْرِۗ

Artinya: “Dialah yang mengeluarkan orang-orang yang kufur di antara Ahlul Kitab (Yahudi Bani Nadir) dari kampung halaman mereka pada saat pengusiran yang pertama.”

Para ahli tafsir menyebut bahwa pengusiran terhadap kaum Yahudi itu terjadi karena dua hal yakni kepemimpinan Rasulullah yang tegas dan keridhaan Allah terhadap umat muslim.

Peristiwa lainnya yang terjadi pada Rabiul Akhir selanjutnya adalah sejarah diutusnya Khalid ibn al-Walid oleh Rasulullah saw kepada Bani al-Harits ibn Ka’b pada tahun 10 Hijriah. Berkat perjuangan Khalid, Bani al-Harits ibn Ka’b masuk Islam.

Selain itu beberapa peperangan di zaman Nabi juga pernah terjadi pada bulan ini. Di antaranya adalah perang Dzat ar-Riqa pada tahun ke-4 Hijriah, perang al-Ghabah yang dipimpin langsung oleh Rasulullah saw pada tahun ke-6 Hijriah, dan perang al-Ghamr yang dipimpin oleh ‘Ukasyah ibn Mihshan.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Dari peristiwa yang terjadi di bulan Rabiul Akhir ini, mungkin kita bertanya-tanya, kenapa Nabi Muhammad sering melakukan peperangan?. Perlu diketahui, bahwa peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah adalah bukan memulai perang. Namun peperangan yang dilakukan oleh Nabi adalah dalam rangka membela diri.

Saat di Makkah, Allah swt malah memerintahkan Nabi untuk tidak melawan. Namun setelah hijrah ke Madinah, Nabi Muhammad dan pengikutnya diizinkan untuk berperang melawan orang-orang yang selama ini memerangi kaum Muslimin. Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur’an Surat Al Hajj ayat 39:

اُذِنَ لِلَّذِيْنَ يُقَاتَلُوْنَ بِاَنَّهُمْ ظُلِمُوْاۗ وَاِنَّ اللّٰهَ عَلٰى نَصْرِهِمْ لَقَدِيْرٌ ۙ

Artinya: “Diizinkan (berperang) kepada orang-orang yang diperangi karena sesungguhnya mereka dizalimi. Sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuasa membela mereka.”

Selain untuk membela diri, terjadinya peperangan di zaman Nabi adalah untuk memberi pelajaran terhadap musuh yang mencari gara-gara atau bersekongkol mengganggu umat Islam meskipun sudah ada perjanjian atau kerja sama. Peperangan ini adalah untuk melakukan penertiban atau penghukuman agar perjanjian yang telah dilakukan tidak dilanggar.

Peperangan di zaman nabi juga terjadi guna menggagalkan rencana musuh yang mengancam keselamatan kaum muslim.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Selain diizinkannya Nabi Muhammad berperang dalam rangka membela diri, Allah juga telah menurunkan firman-Nya kepada Nabi Muhammad untuk menjadi pelindung semua golongan termasuk mereka yang berbeda agama. Hal ini termaktub dalam Al-Qur’an Surat At-Taubah ayat 6:

وَاِنْ اَحَدٌ مِّنَ الْمُشْرِكِيْنَ اسْتَجَارَكَ فَاَجِرْهُ حَتّٰى يَسْمَعَ كَلٰمَ اللّٰهِ ثُمَّ اَبْلِغْهُ مَأْمَنَهٗ ۗذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَعْلَمُوْنَ

Artinya: “Jika seseorang di antara orang-orang musyrik ada yang meminta pelindungan kepada engkau (Nabi Muhammad), lindungilah dia supaya dapat mendengar firman Allah kemudian antarkanlah dia ke tempat yang aman baginya. (Demikian) itu karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang tidak mengetahui.”.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Penting bagi kita untuk mempelajari sejarah-sejarah yang terjadi di bulan Rabiul Akhir sekaligus mengerti apa yang terjadi dan alasan mengapa peristiwa tersebut terjadi. Hal ini ditujukan agar kita tidak salah dalam memahami sejarah sekaligus kita bisa mengambil ibrah atau hikmah dari peristiwa-peristiwa tersebut.

Penting bagi kita untuk melihat masa lalu sebagai bekal untuk menghadapi masa depan. Kesuksesan yang terjadi dalam sejarah perlu dicontoh dan diwujudkan dalam kehidupan saat ini, sementara kegagalan dalam sejarah harus menjadi pelajaran dan diusahakan dengan sekuat tenaga untuk tidak terulang kembali. Allah berfirman dalam Surat Al-Hasyr ayat 18:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”

Rasulullah pun bersabda:

مَنْ كَانَ يَوْمُهُ خَيْرًا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ رَابِحٌ . وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ مِثْلَ أَمْسِهِ فَهُوَ مَغْبُوْنٌ . وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ شَرًّا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ مَلْعُوْنٌ

Artinya: “Barangsiapa hari ini lebih baik dari hari kemarin, dialah tergolong orang yang beruntung. Barangsiapa yang hari ini sama dengan hari kemarin dialah tergolong orang yang merugi dan barangsiapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin dialah tergolong orang yang celaka.” (HR Al-Hakim).

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Semoga hadirnya bulan Rabiul Akhir ini menjadi momentum untuk terus belajar dari sejarah dan memahaminya dengan benar. Mudah-mudahan kita termasuk golongan orang-orang yang sukses dalam mengarungi kehidupan ini dengan belajar dari sejarah. Amin.

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

Khutbah II

الْحَمْدُ لِلَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ ثُمَّ الْحَمْدُ لِلَّهِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِي لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلَّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللَّهُ تَعَالَى: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلَّمُوا تَسْلِيمًا

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا البَلَاء وَالوَبَاءَ والقُرُوْنَ وَالزَّلازِلَ وَالمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتَنِ وَالْمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيًا خاصَّةً وَسَائِرِ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِينَ عَامَّةَ يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتَّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَلَمِيْنَ

عِبَادَ اللَّهِ، إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبِي وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ العَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ

Sumber: Situs NU Online oleh Ustaz H Muhammad Faizin, Sekretaris PCNU Kabupaten Pringsewu, Lampung.

Khutbah I

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي وَفَّقَ مَنْ شَاءَ مِنْ خَلْقِهِ بِفَضْلِهِ وَكَرَمِهِ، وَخَذَلَ مَنْ شَاءَ مِنْ خَلْقِهِ بِمَشِيْئَتِهِ وَعَدْلِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَلَا شَبِيْهَ وَلَا مِثْلَ وَلَا نِدَّ لَهُ ، وَلَا حَدَّ وَلَا جُنَّةً وَلَا أَعْضَاءَ لَهُ

وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا وَعَظِيْمَنَا وَقَائِدَنَا وَقُرَّةَ أَعْيُنِنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، وَصَفِيُّهُ وَحَبِيْبُهُ. اللهم صَلِّ وَسَلَّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ

أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِي الْعَظِيمِ الْقَائِلِ فِي مُحْكَمِ كِتَابِهِ: وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا، وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ، وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ (الطلاق: ۲-۳)

Jamaah Jumat yang Berbahagia

Mengawali khutbah singkat ini, khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah SWT dengan menjalankan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari segala yang dilarang dan diharamkan.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Kita tanamkan dalam hati bahwa seandainya seluruh manusia dan jin bersatu untuk membuat kita celaka, maka mereka tidak akan mampu mencelakai kita kecuali jika Allah menghendaki hal itu. Demikian pula seandainya seluruh manusia dan jin bersatu untuk memberikan manfaat kepada kita, maka mereka tidak akan memberikan manfaat kepada kita kecuali apabila Allah menetapkan hal itu. Oleh karenanya, marilah kita menyerahkan semua urusan kepada Allah Taala dan kita percaya penuh kepada-Nya. Apa pun yang Allah kehendaki terjadi, pasti akan terjadi, dan apa pun yang tidak Allah kehendaki, pasti tidak akan pernah terjadi.

Jamaah yang Berbahagia

Marilah kita ingat selalu bahwa kita sekarang ini bukan tengah berada di surga, melainkan kita berada di kehidupan dunia. Sebagaimana kita tahu bahwa dunia adalah tempat berbagai musibah dan bala’. Dunia ini memperdaya, mendatangkan mara bahaya dan pada akhirnya berlalu begitu saja. Marilah kita bertawakal kepada Allah dan bersabar atas musibah yang Allah ujikan kepada kita. Jangan sampai kita memprotes atau menyalah-nyalahkan Allah. Allah Ta’alaa berfirman:

لَا يُسْأَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْأَلُونَ (الأنبياء: ٢٣)

Artinya: “Allah tidak ditanya tentang apa yang Dia perbuat, tetapi para hambalah yang akan ditanya.” (QS al Anbiya’: 23).

Allah SWT adalah pencipta dan pemilik segala sesuatu. Allah berbuat apa pun dalam kekuasaan-Nya sesuai dengan apa yang Dia kehendaki. Marilah kita bersabar sebagaimana diperintahkan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (١٥٥)
الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (١٥٦) (البقرة: ١٥٥-١٥٦)

Artinya: “Dan Kami pasti akan menguji kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata: Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali untuk dihisab).” (QS al Baqarah: 155-156)

Hadirin Seiman yang Mulia

Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.

Jika kita terkena musibah, hendaklah kita meneladani Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam kesabarannya. Al-Bukhari meriwayatkan dalam Shahih-nya dari sahabat Anas bin Malik Radliyallahu ‘Anhu bahwa ia masuk bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam untuk melihat putranya yang bernama Ibrahim saat sakratul maut. Rasulullah kemudian mengambilnya dan menciumnya. Kemudian setelah itu kami menengoknya lagi dan saat itu Ibrahim telah terenggut nyawanya. Kedua mata Nabi pun mengalirkan air mata. ‘Abdurrahman bin ‘Auf radliyallahu ‘anhu berkata kepadanya: Anda pun menangis, wahai Rasulullah? Rasulullah menjawab: Wahai Ibnu ‘Auf, sungguh inilah rasa kasih sayang. Nabi kembali meneteskan air mata dan bersabda:

إِنَّ العَيْنَ تَدْمَعُ، وَالقَلْبَ يَحْزَنُ، وَلاَ نَقُولُ إِلَّا مَا يَرْضَى رَبُّنَا، وَإِنَّا بِفِرَاقِكَ يَا إِبْرَاهِيمُ لَمَحْزُوْنُوْنَ

Artinya: “Sungguh mata ini meneteskan air mata, hati pun bersedih, tetapi kami tidak mengatakan kecuali apa yang Allah ridhai, dan sungguh kami bersedih karena berpisah denganmu, wahai Ibrahim.”

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Allah Ta’alaa di dalam Al-Qur’an telah bersumpah dalam surat Al-Balad bahwa manusia diciptakan dengan berbagai kesulitan hidup, susah payah dan keletihan. Allah Taala berfirman:

لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي كَبَدٍ (البلد: ٤)

Artinya: “Sungguh, Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.” (QS al Balad: 4)

Kesulitan yang pertama kali dialami seorang manusia adalah ketika tali pusarnya dipotong, kemudian ketika diikatkan bedung ke badannya sehingga ia merasakan ketidaknyamanan dan susah bergerak. Lalu ia merasakan kesulitan ketika menyusu kepada ibunya. Seandainya ia tidak menyusu, maka ia akan terlantar dan kelaparan. Lalu ia merasakan sakit saat tumbuh giginya. Setelah itu ia akan mengalami kesulitan saat disapih, melebihi rasa sakit terkena pukulan. Kemudian ia merasakan rasa sakit saat dikhitan. Setelah melewati itu semua, ia akan menghadapi guru yang mendidiknya, menggemblengnya dan terkadang memberikan hukuman kepadanya.

Setelah itu, ia akan disibukkan dengan persiapan nikah dan disibukkan dengan pekerjaan setiap hari untuk dapat menafkahi keluarganya. Lalu ia akan disibukkan dengan urusan anak dan istri. Kemudian disibukkan dengan membangun rumah dan melengkapinya dengan berbagai perabot rumah tangga.

Setelah itu, ia akan memasuki usia tua, badan lemah dan beberapa anggota badan tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Belum lagi berbagai penyakit yang sewaktu-waktu bisa saja menyerangnya, flu: sakit kepala, sakit gigi, sakit jantung, sakit paru-paru, terinfeksi virus dan lain sebagainya. Ditambah lagi dengan beban hidup seperti hutang, mengangsur cicilan, dicaci orang, dibicarakan kejelekannya dan lain sebagainya. Hingga tibalah saatnya sakratul maut yang luar biasa sakitnya.

Setelah hembusan nafas yang terakhir, apakah berakhir semua kesulitannya?. Belum, hadirin sekalian. Setelah itu, ia akan memasuki alam barzakh dan alam akhirat. Ada pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir, ada hisab, ada perjalanan melewati shirath. Hingga pada akhirnya masa penentuan itu tiba, apakah ia akan merasakan berbagai kenikmatan surga ataukah ia akan sengsara di neraka.

Jamaah yang Dirahmati Allah

Karenanya, marilah kita laksanakan semua perintah Allah. Marilah kita saling berpesan serta berwasiat untuk berpegangteguh dengan kebenaran dan kesabaran. Marilah kita bersabar atas musibah dan bala` yang menimpa kita. Jangan sampai kita bermaksiat kepada Allah disebabkan musibah yang menimpa kita. Jangan sampai musibah dan berbagai kesulitan hidup menyebabkan kita melanggar aturan-aturan Allah.

Janganlah kita memprotes Allah ketika terkena bala’ dan musibah. Hendaklah kita bersabar dan terus menerus menjalankan kewajiban dan menjauhi perkara yang diharamkan dalam keadaan apapun, seberat apapun masalah yang kita hadapi.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Jika hati kita sedih karena ditimpa musibah, jika dada kita sesak dengan berbagai kesulitan hidup, salah satu obat yang akan menenangkan hati dan pikiran kita adalah pergi ke makam. Kita berziarah ke makam orang tua, keluarga dan kawan-kawan kita. Kita renungkan di sana, di manakah rumah terakhir kita. Kemanakah kita akan pergi meninggalkan dunia ini.

Hendaklah diketahui bahwa seandainya nilai dunia ini sebanding dengan satu sayap seekor nyamuk saja, niscaya Allah tidak akan memberikan kepada orang kafir apapun meskipun hanya seteguk air di dunia ini. Artinya, dunia ini tidak ada nilainya sama sekali menurut Allah.

Dunia ini tidak ada nilainya sama sekali dibandingkan dengan kehidupan akhirat. Dunia adalah penjara bagi orang yang sempurna imannya dan ibarat surga bagi orang kafir. Hal yang paling bernilai dan paling penting bagi kita -melebihi apa pun di dunia ini- adalah meninggal dengan membawa islam dan iman yang sempurna.

Hadirin Rahimakumullah

Selezat apa pun makanan yang kita makan, pasti akan menjadi kotoran. Semahal apa pun pakaian yang kita kenakan, pada akhirnya pasti akan dibuang ke tempat sampah. Sebesar dan semewah apa pun rumah yang kita bangun, pasti tidak akan kita bawa mati. Rumah terakhir kita semuanya berukuran sama, tidak lebih dari 1 x 2 meter. Sedangkan apa yang kita perbuat di dunia ini, maka kita akan mendapatkan balasannya.

Kematian adalah kepastian yang telah ditetapkan oleh Allah. Perpisahan dengan orang-orang yang kita cintai di dunia ini adalah janji Allah yang pasti terpenuhi. Kehidupan di dunia ini permulaannya adalah kedla’ifan dan kelemahan dan berakhir dengan kematian dan kuburan. Marilah kita bersabar atas bala yang Allah ujikan kepada kita. Jangan sampai kita memprotes dan menyalah-nyalahkan Allah. Kita yakin bahwa pada setiap kejadian pasti ada hikmahnya.

Jamaah yang Mulia

Demikian khutbah yang singkat ini. Mudah-mudahan bermanfaat dan membawa berkah bagi kita semua. Amin ya rabbal ‘alamin.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا ، مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ

وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ ، اللهم صَلِّ وَسَلَّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِنِ الصَّادِقِ الْوَعْدِ الْأَمِينِ، وَعَلَى إِخْوَانِهِ النَّبِيِّينَ وَالْمُرْسَلِينَ، وَارْضَ اللهم عَنْ أُمَّهَاتِ الْمُؤْمِنِينَ، وَآلِ الْبَيْتِ الطَّاهِرِينَ، وَعَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ، أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيّ، وَعَنِ الْأَئِمَّةِ الْمُهْتَدِيْنَ، أَبِي حَنِيفَةً وَمَالِكِ وَالشَّافِعِي وَأَحْمَدَ وَعَنِ الْأَوْلِيَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيمِ فَاتَّقُوْهُ ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللَّهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرِ عَظِيمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلَّمُوا تَسْلِيمًا ، اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوفَ الْمُخْتَلِفَة وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِينَ عَامَّةَ، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

عِبَادَ اللَّهِ، إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَاتَّقُوْهُ يَجْعَلْ لَكُمْ مِنْ أَمْرِكُمْ مَخْرَجًا، وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ

Sumber: Laman resmi Nahdlatul Ulama

Khutbah I

اَلْـحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي أَنْعَمَ عَلَيْنَا بِنِعْمَةِ الْإِسْلَامِ وَالْإِيمَانِ، وَجَعَلَنَا أُمَّةً وَسَطًا، نَحْمِلُ رِسَالَةَ السَّلَامِ وَالْخَيْرِ وَالْإِعْمَارِ. نَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَنَشْكُرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللّٰهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍوَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَىٰ يَوْمِ الدِّينِ

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ، أُوصِيكُمْ وَنَفْسِي الْخَاطِئَةَ الْمُذْنِبَةَ بِتَقْوَى اللّٰهِ، فَاتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ، وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. قَالَ اللّٰهُ تَعَالَىٰ: أَعُوذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ. بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ. اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَاٰيٰتٍ لِّاُولِى الْاَلْبَابِۙ

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Pertama, marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah ta’ala, Dzat yang telah melimpahkan kepada kita begitu banyak nikmat, terutama nikmat iman, Islam, dan kesehatan, sehingga kita dapat berkumpul dalam majelis yang penuh berkah ini.

Tak lupa, marilah kita tingkatkan ketakwaan kepada Allah dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Ketakwaan adalah bekal terbaik dalam menjalani kehidupan, sebagaimana firman Allah:

وَتَزَوَّدُوْا فَاِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوْنِ يٰٓاُولِى الْاَلْبَابِ

Artinya: “Berbekallah karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat.” (QS. Al-Baqarah: 197).

Salah satu bentuk ketakwaan itu adalah dengan bersyukur atas segala ciptaan Allah dan merenungi tanda-tanda kebesaran-Nya yang terbentang di alam semesta. Salah satu tanda kebesaran Allah yang patut kita renungi adalah pergantian siang dan malam. Fenomena ini terjadi setiap hari tanpa pernah berhenti sekaligus menjadi bukti nyata betapa Maha Kuasanya Allah dalam mengatur kehidupan ini.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Proses pergantian malam dan siang ini telah disebutkan oleh Allah dalam surat Yasin ayat 37-40:

وَاٰيَةٌ لَّهُمُ الَّيْلُۖ نَسْلَخُ مِنْهُ النَّهَارَ فَاِذَا هُمْ مُّظْلِمُوْنَۙ. وَالشَّمْسُ تَجْرِيْ لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَاۗ ذٰلِكَ تَقْدِيْرُ الْعَزِيْزِ الْعَلِيْمِۗ. وَالْقَمَرَ قَدَّرْنٰهُ مَنَازِلَ حَتّٰى عَادَ كَالْعُرْجُوْنِ الْقَدِيْمِ. لَا الشَّمْسُ يَنْۢبَغِيْ لَهَآ اَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا الَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِۗ وَكُلٌّ فِيْ فَلَكٍ يَّسْبَحُوْنَ

Artinya: “Suatu tanda juga (atas kekuasaan Allah) bagi mereka adalah malam. Kami pisahkan siang dari (malam) itu. Maka, seketika itu mereka (berada dalam) kegelapan. Dan matahari yang berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan (Allah) Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui. (Begitu juga) bulan, Kami tetapkan bagi(-nya) tempat-tempat peredaran sehingga kembalilah ia seperti bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya.”

Peredaran Matahari dan Bulan yang mengakibatkan siang dan malam ini sudah pasti memiliki makna mendalam yang patut kita renungkan. Allah pun kembali telah mengingatkan dalam surat Ali Imran ayat 190:

اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَاٰيٰتٍ لِّاُولِى الْاَلْبَابِۙ

Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal.”

Pergantian siang dan malam bukan hanya sebagai rutinitas alamiah semata. Pergantian tersebut bisa menjadi sarana untuk mempertebal iman, meningkatkan rasa syukur, dan menyadari betapa agungnya kekuasaan Allah dalam setiap info kehidupan kita.

Pada umumnya, di masyarakat yang bergerak di bidang pertanian, perdagangan, dan sejenisnya, siang dimanfaatkan untuk bekerja dan beraktivitas mencari rezeki Allah. Sedangkan malam hari, sering digunakan untuk beristirahat dan lebih mendekatkan diri kepada-Nya.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Dari pergantian malam dan siang kita juga belajar tentang kebesaran Allah melalui ciptaan-Nya yang teratur, seimbang, dan sempurna. Dari siang kita belajar arti kesungguhan dan tanggung jawab. Teriknya matahari mengajarkan keteguhan, bahwa hasil tidak akan datang tanpa kerja keras. Dunia di siang hari penuh dengan hiruk pikuk manusia yang berusaha menjemput rezeki, menuntut ilmu, dan berbuat kebaikan.

Allah berfirman:

وَّجَعَلْنَا النَّهَارَ مَعَاشًا

Artinya: “Dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan.” (QS. An-Naba’: 11).

Sedangkan malam memberi kita pelajaran tentang ketenangan dan introspeksi. Dalam kesunyian malam, kita diajak untuk kembali kepada fitrah dengan merenung, berdoa, dan mendekatkan diri kepada Allah. Di saat itulah banyak rahasia kehidupan bisa terungkap melalui ibadah. Rasulullah sendiri banyak Riwayat menjadikan malam sebagai waktu terbaik untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan shalat dan zikir. Hal ini karena malam memiliki keistimewaan sendiri.

Nabi SAW bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا، تَبَارَكَ وَتَعَالَى، كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ، فَيَقُولُ: مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ؟ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ؟ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

Artinya: “Tuhan kita, Allah ta’ala ‘turun’ setiap malam ke langit dunia di saat sepertiga malam akhir. Kemudian Allah berfirman, ‘Siapapun berdoa kepada-Ku, akan Aku kabulkan. Siapapun meminta kepada-Ku, akan Aku kasih. Siapapun meminta ampun kepada-Ku, akan Aku beri ampunan.” (HR Muttafaq ‘alaih).

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Selanjutnya, pergantian siang dan malam mengingatkan kita akan keterbatasan waktu. Tidak ada yang kekal, setiap terang pasti berganti gelap, setiap kehidupan pasti akan berakhir. Maka dari itu, kita hendaknya bijak menggunakan waktu. Siang tidak boleh disia-siakan dengan kemalasan, dan malam tidak boleh dilewati dengan kelalaian.

Jika kita mampu memetik hikmah dari pergantian siang dan malam, maka insyaAllah kita akan menemukan harmoni antara kerja keras dan ketenangan batin. Kita akan belajar bahwa kehidupan yang seimbang adalah kehidupan yang selaras dengan sunnatullah, bekerja di siang hari dengan sungguh-sungguh, dan beristirahat di malam hari dengan penuh syukur dan zikir.

Semoga kita senantiasa bisa menjadi insan yang mampu mengambil pelajaran penting dari kekuasaan Allah sebagai modal dalam menjalani kehidupan ini. Semoga Allah senantiasa melindungi kita baik di siang hari, maupun di malam hari. Amin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ لِي وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Khutbah II

اَلْـحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي أَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِ عِبَادِهِ الْمُؤْمِنِينَ، وَجَعَلَ التَّعَاوُنَ وَالاِتِّحَادَ سَبَبًا فِي نَيْلِ النَّصْرِ وَالتَّمْكِينِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدَنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ ،وَعَلَىٰ آلِهِ وَأَصْحَابِهِ

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ، أُوْصِيْكُمْ أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ وَإِيَّايَ الْمُقَصِّرَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، اِعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ، وَثَنَّى بِمَلَائِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ، فَقَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى : إِنَّ اللّٰهَ وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِىِّۚ يَٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا۟ صَلُّوا۟ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا۟ تَسْلِيمًا. اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

اللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، اللّٰهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا، وَوَفِّقْهُمْ لِرِضَاكَ، وَاجْعَلْ بِلَادَنَا هَذِهِ بَلَدًا آمِنًا مُطْمَئِنًّا سَخَاءً رَخَاءً وَسَائِرَ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ، اللّٰهُمَّ اجْعَلْ هَذَا الْـبَلَدَ آمِنًا مُطْمَئِنًّا، وَسَائِرَ بِلَادِ الْمُسْلِمِينَ، اللّٰهُمَّ وَحِّدْ كَلِمَتَنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَوَفِّقْ قَادَتَنَا لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَىٰ، وَانْصُرِ الْمُجَاهِدِينَ وَالْمُصْلِحِينَ فِي كُلِّ مَكَانٍ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ

عِبَادَ اللّٰهِ، إِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ، وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ .فَاذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوهُ عَلَىٰ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللّٰهِ أَكْبَرُ، وَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ

Sumber: Situs NU Online oleh Muhammad Faizin, Ketua PCNU Kabupaten Pringsewu, Lampung.

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِيْرُهُ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلَا هَادِيَ لَهُ

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهَ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدَ عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ لَا نَبِيَ وَلَا رَسُولَ بَعْدَهُ

قَالَ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الكَرِيم : ( يَأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقْتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ ۱۰۲ ) ( ال
(102:3/عمران

يَأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّه الَّذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا 1 ) ( النساء /1:4))

يَأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيدًا ۷۰ يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ
فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا ۷۱ ) ( الاحزاب / 33 70-71))

وَقَالَ أَيْضاً : ( يَأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا لَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلَّا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ وَلَا تَقْتُلُوا
أَنْفُسَكُمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا ۲۹ ) ( النساء /4: 29)

اللَّهُمَّ صَلِّي عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.

: أَمَّا بَعْدُ

Jama’ah shalat Jum’at yang semoga dirahmati Allah,

Pujian kita panjatkan kepada Allah, Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW, utusan Allah yang membawa petunjuk bagi seluruh umat manusia.

Saudara-saudara yang dirahmati Allah,

Hari ini, kita bersama-sama merenungi fenomena yang terjadi dalam kehidupan manusia modern. Meskipun mereka tidak lagi menyembah batu dan benda-benda mati secara harfiah, namun kehidupan mereka seringkali terjerumus dalam arah yang dapat dianggap sebagai jahiliyah baru atau neo-jahilism. Al-Quran telah mencerminkan konsep jahiliyah dalam beberapa konteks, salah satunya adalah dalam surat Ali Imran ayat 154.

ثُمَّ اَنْزَلَ عَلَيْكُمْ مِّنْۢ بَعْدِ الْغَمِّ اَمَنَةً نُّعَاسًا يَّغْشٰى طَۤاىِٕفَةً مِّنْكُمْ ۙ وَطَۤاىِٕفَةٌ قَدْ اَهَمَّتْهُمْ اَنْفُسُهُمْ يَظُنُّوْنَ بِاللّٰهِ غَيْرَ الْحَقِّ ظَنَّ الْجَاهِلِيَّةِ

“Kemudian setelah kamu ditimpa kesedihan, Dia menurunkan rasa aman kepadamu (berupa) kantuk yang meliputi segolongan dari kamu, sedangkan segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri; mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliah.”

Ayat tersebut menggambarkan kondisi di mana sebagian manusia, ketika dihadapkan pada kesedihan, malah merasa cemas dan ragu-ragu terhadap janji dan keberadaan Allah. Mereka menunjukkan sikap yang mencerminkan keraguan dalam keyakinan, sebagaimana dinyatakan dalam kata-kata “mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliah”.

Dalam tafsir ayat ini, kita menyadari bahwa kaum munafik yang dirujuk dalam ayat tersebut adalah mereka yang tidak mantap dalam keyakinan terhadap Allah, meskipun dalam tampilan luar mereka menyatakan ke-Islam-an mereka. Mereka terjebak dalam keraguan dan tidak memiliki keyakinan yang kuat terhadap janji-janji Allah.

Hal ini menggambarkan bahwa jahiliyah tidak hanya terbatas pada penyembahan berhala, tetapi juga mencakup kerusakan epistemologi, yaitu kerusakan pada pemahaman dan keyakinan terhadap ajaran Allah. Kita sebagai umat Islam modern harus mewaspadai fenomena ini dalam kehidupan sehari-hari.

Jamaah salat jumat yang dimuliakan Allah,

Konteks kedua jahiliyah yang diuraikan dalam Al-Quran mencakup perilaku dan tingkah laku yang mencerminkan ketidakpahaman terhadap Allah. Al-Quran menyebutnya sebagai ‘tabaruj al-jahiliyah’ dalam Surat Al-Azhab ayat 33. Ayat ini mengingatkan kita untuk tidak mengadopsi perilaku seperti orang-orang jahiliah dahulu.

وَقَرْنَ فِيْ بُيُوْتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْاُوْلٰى وَاَقِمْنَ الصَّلٰوةَ وَاٰتِيْنَ الزَّكٰوةَ وَاَطِعْنَ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ ۗاِنَّمَا يُرِيْدُ اللّٰهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ اَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيْرًاۚ

Artinya: “Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan (bertingkah laku) seperti orang-orang jahiliah dahulu, dan laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.”

Pada masa Arab Jahiliyah, masyarakatnya membangun sistem yang sangat rusak, menciptakan ketidaksetaraan dan ketidakadilan. Namun, ironisnya, fenomena ini juga dapat ditemui dalam struktur kemasyarakatan kita saat ini.

Dalam realitas kehidupan modern, kita melihat banyak masyarakat yang menjauh dari nilai-nilai ilahiyah, meskipun merasa sebagai orang-orang modern yang penuh dengan kemajuan. Ini dapat dianggap sebagai bentuk ‘tabarruj jahiliyah’ dalam perilaku budaya dan perilaku sosial kita. Ketidaksetaraan, ketidakadilan, dan kecenderungan untuk mengabaikan prinsip-prinsip moral dan etika agama semakin merajalela di tengah masyarakat.

Sebagai umat Islam, kita perlu mengintrospeksi diri dan memastikan bahwa perilaku dan tindakan kita selaras dengan ajaran Islam. Kita tidak boleh terperangkap dalam budaya jahiliyah baru yang merusak dan merugikan. Sebaliknya, mari kita berupaya untuk membangun masyarakat yang adil, berdasarkan nilai-nilai ilahiyah yang menghormati hak-hak setiap individu.

Melalui pelaksanaan salat, pembayaran zakat, dan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, kita dapat menghilangkan dosa-dosa kita dan membersihkan diri sebersih-bersihnya. Mari bersama-sama mengubah perilaku kita, mewujudkan nilai-nilai keadilan, dan membentuk masyarakat yang menghormati hak-hak setiap individu, sehingga kita dapat menghindari tabaruj jahiliyah dalam perilaku budaya dan sosial kita.

Jamaah jumat yang dirahmati Allah,

Konteks jahiliyah ketiga yang diungkapkan dalam Al-Quran adalah berkaitan dengan sistem hukum yang bertentangan dengan nilai-nilai keadilan dan ilahiyah. Al-Quran menyebutnya melalui ayat Al-Maidah ayat 50. Ayat ini mengingatkan kita tentang bahaya ketidakadilan dalam sistem hukum.

اَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُوْنَۗ وَمَنْ اَحْسَنُ مِنَ اللّٰهِ حُكْمًا لِّقَوْمٍ يُّوْقِنُوْنَ

Artinya: “Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)?”

Pada masa sekarang, kita sering kali menyaksikan bagaimana hukum sering kali diterapkan tidak adil, terutama yang berkaitan dengan aspek kepemilikan harta dan jabatan. Kondisi ini menciptakan ketidaksetaraan dan ketidakadilan dalam masyarakat, di mana hak-hak individu dapat diinjak-injak oleh kekuatan material dan kekuasaan politik.

Ironisnya, dalam era informasi dan teknologi seperti sekarang, kita masih dihadapkan pada fenomena ketidaksetaraan dan ketidakadilan, yang beberapa ulama menyebutnya sebagai “Jahiliyatul Qarni ‘Isyrin” atau “Jahiliyah Abad 20”. Beberapa bentuk ketimpangan seperti korupsi, nepotisme, dan penyalahgunaan kekuasaan dapat mengguncang fondasi keadilan yang seharusnya menjadi pijakan bagi sistem hukum.

Sebagai umat Islam, kita dituntut untuk menghadapi realitas ini dengan bijak dan tegas. Kita harus berusaha menjadikan nilai-nilai keadilan dan kebenaran sebagai landasan utama dalam pembentukan dan pelaksanaan hukum. Kita tidak boleh membiarkan sistem hukum kita terjebak dalam praktik-praktik jahiliyah yang merugikan banyak orang.

Marilah kita, sebagai umat Islam, berupaya untuk mendirikan sistem hukum yang adil dan merata, yang didasarkan pada nilai-nilai Islam yang mendorong keadilan, transparansi, dan penegakan hukum yang tegas. Kita perlu bekerja bersama-sama untuk melawan setiap bentuk ketidakadilan dan mengembangkan masyarakat yang menghormati hak-hak asasi setiap individu.

Semoga Allah memberikan petunjuk dan kekuatan kepada kita untuk menjalankan tugas kita sebagai pembela keadilan di tengah-tengah masyarakat yang penuh dengan tantangan ini. Amin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II

الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ هَدَانَا لِهذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللهُ

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ الْمُبِيْنُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ صَادِقُ الْوَعْدِ الْأَمِيْنُ

اللّهُمَّ فَصَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ

فَأُوْصِيْنِي وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ حَقَّ تُقَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ

Saudara-saudara yang dirahmati Allah,

Dalam refleksi pada khutbah Jumat ini, kita telah menilik tiga ciri jahiliyah gaya baru yang mengintai dalam kehidupan modern. Pertama, kita diingatkan untuk menjauhkan diri dari kerusakan epistemologi yang mencakup keraguan terhadap janji dan keberadaan Allah. Kedua, kita diminta untuk menghindari tabarruj jahiliyah, perilaku dan budaya yang menjauhkan kita dari nilai-nilai ilahiyah. Terakhir, kita diingatkan tentang bahaya sistem hukum yang bertentangan dengan nilai-nilai keadilan dan ilahiyah.

Sebagai umat Islam, kita diberikan tugas untuk menjaga diri dari jahiliyah gaya baru ini. Kita perlu memperkuat iman dan keyakinan kita terhadap Allah, menjalankan tuntunan-Nya dalam segala aspek kehidupan. Mari kita jauhi perilaku dan budaya yang tidak sejalan dengan ajaran Islam, dan terus berjuang untuk menciptakan masyarakat yang adil dan bermoral.

Dalam menanggapi tantangan jahiliyah gaya baru, mari kita bersatu sebagai umat Islam. Kita perlu membangun kesadaran dan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang ajaran Islam, agar masyarakat modern dapat menggali kearifan dan kebenaran yang terkandung dalam agama kita.

Semoga Allah memberikan petunjuk dan kekuatan kepada kita untuk melawan segala bentuk jahiliyah, baik yang lama maupun yang baru. Marilah kita berdoa agar kita senantiasa dijauhkan dari fitnah-fitnah dunia yang dapat merusak iman dan nilai-nilai kita.

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَقَرَابَتِهِ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّاتِهِ أَجْمَعِيْنَ.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ

فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Sumber: Situs resmi Muhammadiyah

Khutbah I

إِنَّ الحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِيْرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلَا هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلاَّ اللهَ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ لاَ نَبِيَ وَلَا رَسُولَ بَعْدَهُ.

قَالَ تَعَالَى فِي القُرْآنِ الكَرِيمِ : يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ وَّخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيْرًا وَّنِسَاۤءً ۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْ تَسَاۤءَلُوْنَ بِهٖ وَالْاَرْحَامَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.

وَقَالَ أَيْضاً : وَلِكُلٍّ وِّجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيْهَا فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرٰتِۗ اَيْنَ مَا تَكُوْنُوْا يَأْتِ بِكُمُ اللّٰهُ جَمِيْعًا ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ.

Amma ba’du, jama’ah shalat Jum’at yang semoga dirahmati Allah,

Tiada pujian terbaik yang pantas dilantunkan kecuali kepada Allah -subhanahu wa ta’ala- Dzat Yang Berkuasa atas segala hal di bumi dan di langit. Shalawat serta salam semoga senantiasa terlantun indah kepada Rasulullah Muhammad -shallallahu ‘alaihi wa sallam- Sang Pencerah semesta yang telah mengajarkan umat manusia tentang semua kebaikan untuk keselamatan di dunia dan akhirat.

Tidak lupa khatib berwasiat kepada diri khatib secara khusus dan kepada para jama’ah semuanya. Untuk senantiasa memperkuat keimanan dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah -azza wa jalla-. Karena dengan iman dan takwa itulah sebaik-baik bekal untuk kembali menghadap kepada Allah di hari akhir nanti.

Jama’ah shalat Jum’at yang semoga dirahmati Allah,

Pada awal khutbah tadi telah khatib bacakan Surat Al-Baqarah ayat 148 yaitu,

وَلِكُلٍّ وِّجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيْهَا فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرٰتِۗ اَيْنَ مَا تَكُوْنُوْا يَأْتِ بِكُمُ اللّٰهُ جَمِيْعًا ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

Yang diartikan secara keseluruhan berarti, “bagi setiap umat ada kiblat yang dia menghadap ke arahnya. Maka, berlomba-lombalah kamu dalam berbagai kebajikan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu semuanya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”.

Ayat ini berbicara secara umum tentang kiblat, bahwa setiap umat memiliki arah kiblat yang berbeda-beda, dan bagi setiap Muslim untuk bersegera dalam melakukan kebaikan, yang secara pokok adalah melakukan shalat menghadap kiblat. Karena setiap orang akan dibangkitkan dan dikumpulkan di hari akhir nanti dimanapun mereka berada.

Maka hendaknya setiap orang berusaha untuk beramal kebaikan dimanapun berada, kapanpun dan semampu kondisi masing-masing. Setiap diri tidak akan mengetahui dimana dan dalam kondisi apa mereka dipanggil kembali kepada Allah. Semoga setiap diri kita kembali kepada Allah di tempat yang baik dan dalam kondisi terbaik.

Jama’ah shalat Jum’at yang semoga dirahmati Allah,

Dalam ayat itu pula, Allah memberikan satu perintah yang penting untuk dicermati dengan baik untuk kemudian dilaksanakan oleh seluruh umat Islam. Yaitu pada bagian ayat “fastabiqul khairat” yang berada di tengah-tengah ayat ini, dan dipahami dalam arti teks-nya sebagai “berlomba-lomba” atau “bersegera” dan “bersaing” dalam kebaikan.

Kebaikan memang banyak jumlahnya dan banyak jenisnya. Setiap orang Islam berhak untuk bersaing dalam kebaikan-kebaikan yang ada. Bersaing dalam jumlah sedekah harian, bersaing untuk datang ke masjid untuk shalat berjama’ah, dan masih banyak lagi.

Di sisi lain, ayat ini juga ditafsirkan oleh al-Hasan al-Bashri dengan makna “berlomba-lomba dalam kebaikan dan dengan cara-cara yang baik”.

Sehingga tidak hanya bersaing untuk tujuan yang baik, melainkan juga dengan cara-cara yang baik, tidak dengan merugikan orang lain, dengan akhlak yang baik dan luhur. Dimana kemuliaan dan keluhuran akhlak merupakan ciri khas kemuliaan diri seorang muslim sebagai pelaku dan penggerak kebaikan di tengah umat.

Jama’ah shalat Jum’at yang semoga dirahmati Allah

Ajaran Islam sangatlah mulia, ajaran Islam selalu bertujuan untuk kebaikan, bukan hanya bagi diri seorang muslim saja, melainkan juga kepada seluruh masyarakat, bahkan seluruh makhluk, seperti hewan dan tumbuhan. Ajaran Islam yang benar selalu tampak anggun dan mulia, bahkan menurut pemeluk agama lain, karena itulah ciri khas agama Islam yang juga menjadi ciri khas seorang Muslim yang menganutnya.

Sebagian orang mungkin akan mengalami persaingan dalam kehidupannya. Baik yang dilakukan oleh dirinya secara personal atau kelompok. Baik yang dilakukan dengan sengaja atau tidak. Baik yang dilakukan dengan suka cita maupun tidak. Sekalipun tujuannya baik dan untuk mewujudkan kebaikan, maka perlulah dilakukan dengan cara-cara yang baik. Karena itulah ciri khas sifat seorang Muslim yang mulia.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ الكَرِيمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالقُرْآنِ الحَكِيمِ, أَقُولُ قَولي هَذَا وَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُورُ الرَّحِيمِ.

Khutbah II

Jama’ah shalat Jum’at yang semoga dirahmati Allah.

Islam adalah agama yang mengajarkan kasih sayang dan kelembutan pada seluruh makhluk. Baik mereka adalah sesama Muslim, berbeda agama dan keyakinan, berbeda latar belakang sosial, derajat ekonomi, bahkan kepada selain manusia.

Anggun dan mulianya Islam ini juga tampak pada akhlak yang mulia yang menjadi perhiasan terbaik dan terindah yang paling pantas disandang oleh setiap Muslim. Bahkan dalam perang sekalipun, Islam tetap mengajarkan kebaikan, terlebih lagi dalam kondisi aman dan tentram.

Begitu juga dalam kompetisi dan persaingan yang biasa ditemui dalam keseharian, di berbagai bidang, dalam cakupan besar maupun kecil, setiap diri selalu dihadapkan pada persaingan yang disadari atau tidak.

Persaingan terbaik adalah bersaing dengan diri sendiri yang ada di masa lalu. Untuk berpacu dan berusaha untuk mengalahkan kualitas diri di hari-hari sebelumnya dan memperbaiki dengan taubat, memperbaiki kesalahan diri, dan berusaha menjadikan diri sebagai sosok Muslim yang lebih baik dan bermanfaat bagi seluruh umat dan makhluk.

Di akhir khutbah ini, marilah kita melantunkan do’a yang tulus kepada Allah -‘azza wa jalla- semoga menjadikan kehidupan setiap dari kita menjadi lebih baik dan bermanfaat. Semoga Allah senantiasa memberikan limpahan rahmat dan barakah-Nya kepada negeri ini dan semua yang berada di dalamnya.

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَقَرَابَتِهِ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّاتِهِ أَجْمَعِيْنَ

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ

إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ

فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Sumber: Laman resmi Muhammadiyah

Itulah infoers beberapa contoh khutbah Jumat di Bulan Rabiul Akhir yang bisa dijadikan referensi. Semoga bermanfaat!

1. Amalan Sunnah di Bulan Rabiul Akhir

2. Keutamaan Bulan Rabiul Akhir

3. Peristiwa Penting di Bulan Rabiul Akhir

4. Optimis Hadapi Berbagai Musibah

5. Hikmah dari Pergantian Siang dan Malam

6. Menghindari Jahiliyah Gaya Baru

7. Akhlak Persaingan Islami