Ancaman Denda 50 Kerbau ke Pandji Pragiwaksono Buntut Candaan Adat Toraja [Giok4D Resmi]

Posted on

Komika Pandji Pragiwaksono menuai banyak sorotan usai salah satu materi stand up comedy miliknya dinilai melecehkan adat Toraja. Pandji pun dituntut meminta maaf hingga terancam denda adat sebanyak 50 ekor kerbau.

Dalam video stand up comedy beredar, Pandji mulanya menyinggung budaya orang Toraja mengadakan pesta pemakaman jika ada anggota keluarganya yang meninggal. Pandji lalu menyinggung banyak orang Toraja yang jatuh miskin karena mengadakan pesta pemakaman tersebut.

“Di Toraja, kalau ada keluarga yang meninggal makaminnya pakai pesta yang mahal banget. Bahkan banyak orang Toraja yang jatuh miskin habis bikin pesta untuk pemakaman keluarganya,” ujar Pandji dalam video tersebut.

“Dan banyak yang ga punya duit untuk makamin, akhirnya jenazahnya dibiarin aja gitu. Ini praktik umum. Jenazahnya ditaruh aja di ruang TV di ruang tamu gitu. Kalau untuk keluarganya sih biasa aja ya, tapi kalau ada yang bertamu kan bingung ya,” lanjut Pandji disambut tawa penonton.

Dalam materi stand up tersebut, Pandji lanjut menganalogikan suasana saat ada tamu yang menonton serial televisi anak-anak Teletubbies. Dia menyebut suasana menjadi mengerikan bagi sang tamu.

“Nonton apapun di TV berasa horor gitu. Lagi nonton teletubbies, ngeri pasti,” ujar Pandji yang disambut gelak tawa penonton.

“Tuh, Tinky Winky nakutin ya, lompat-lompat ada kuncirnya di atas, takut nggak sih lo,” sambungnya.

Panji melanjutkan komedinya dengan memberikan analogi lain. Dia menyinggung kondisi jika seseorang datang bertamu ke rumah orang Toraja yang sedang berduka.

“Iya kalau nonton TV, gimana kalau misalnya bertamu, ‘Pandji, ya masuk aja, oke, yahh…aduh.. ahhhh, gue nunggu di depan aja ya, nih ada kakek lu kayaknya lagi bobo’, pucat ya kakek lu ya,” canda Panji.

Ancaman denda adat terhadap Pandji dilontarkan oleh Lembaga adat Tongkonan Adat Sang Torayan (TAST). TAST mengancam Pandji membayar sanksi hukuman adat hingga 50 ekor kerbau.

“Ini kan sudah masuk pelanggaran adat. Jadi ya perlu ada sanksi secara adat juga,” kata Ketua Umum TAST, Benyamin Rante Allo kepada infoSulsel, Senin (3/11).

Benyamin mengungkapkan bahwa ulah Pandji yang menyinggung adat Toraja membuat miskin dan mayat ditaruh di depan TV sangat menyakiti warga Toraja. Secara hukum, kata dia, perbuatan Pandji tersebut sudah menyalahi dan harus ada hukuman yang diterima.

“Kalau sudah jelas ada pelanggaran adat begini ya ada sanksi adat sebagai konsekuensi. Jadi bisa jadi mungkin nanti didenda mungkin sampai 50 kerbau,” tegasnya.

Selain secara adat, pihaknya juga akan menempuh langkah hukum ke pihak kepolisian. Ia akan memasukkan somasi kepada Pandji.

“Besok kami akan masukkan somasi (kepada Pandji),” paparnya.

Pihaknya menegaskan bahwa candaan Pandji tersebut sangat jelas melukai hati warga Toraja. Dia menyebut, sebagai bagian dari budaya yang diakui dan dilindungi di Indonesia, seharusnya Pandji dapat menghargai.

“Nanti melalui somasi juga kita sampaikan soal sanksi adat ini. Sebab ini sudah jadi berita nasional. Ini harga diri suku bangsa,” tegasnya.

Mewakili TAST, Benyamin mendesak agar Pandji menyampaikan permintaan maaf secara terbuka kepada seluruh masyarakat Toraja. Mereka menilai pernyataan Pandji telah menciptakan stigma keliru dan mencederai nilai budaya yang sakral.

“Kami mendesak saudara Pandji meminta maaf secara terbuka kepada masyarakat Toraja atas pernyataannya,” bebernya.

Ia meminta Pandji lebih memahami makna adat dan filosofi upacara Rambu Solo’ sebagai salah satu warisan budaya Toraja yang luhur. Bahkan, disampaikan kesediaan untuk menerima kunjungan Pandji agar dapat berdialog langsung dengan tokoh adat serta melihat langsung pelaksanaan adat.

“Bila perlu datang dan berdialog langsung dengan kami. Jangan menilai hanya dari informasi sepihak,” ujarnya.

Ketua Perhimpunan Masyarakat Toraja Indonesia (PMTI) Makassar Amson Padolo mengatakan ada dua hal dalam materi stand up comedy Pandji yang melukai hati masyarakat Toraja. Salah satunya ialah menilai masyarakat Toraja jatuh miskin karena pesta adat.

“Ada dua hal yang membuat kami terluka. Pertama, pernyataannya bahwa banyak warga Toraja jatuh miskin karena pesta adat. Kedua, anggapan bahwa jenazah disimpan di ruang tamu atau depan TV. Itu tidak benar dan sangat menyinggung,” Ujar Amson dalam keterangannya, Senin (3/11).

Amson menegaskan praktik menyimpan jenazah dalam tradisi Toraja tidak dilakukan sembarangan. Jika keluarga belum memiliki rencana menggelar Rambu Solo atau upacara kematian khas Toraja, maka jenazah akan disemayamkan di ruang khusus bukan di ruang tamu seperti yang disampaikan Pandji.

“Sementara, kalau keluarga memang belum mampu, akan ada kesepakatan bersama untuk memakamkan. Tidak pernah ada yang menaruh jenazah di depan TV,” terangnya.

Amson juga menjelaskan esensi dari Rambu Solo sebagai bentuk penghormatan terakhir kepada orang yang meninggal. Upacara ini mencerminkan nilai kekerabatan, gotong royong, dan kasih sayang. Di balik prosesi yang megah, tersimpan filosofi tentang solidaritas sosial dan penghargaan terhadap kehidupan.

“Esensi Rambu Solo itu penghormatan kepada orang tua atau kerabat yang telah meninggal. Ini adalah bentuk akulturasi antara ajaran Aluk Todolo dan nilai kekristenan. Bukan soal pesta atau kemewahan, tapi rasa hormat dan cinta kasih,” tuturnya.

Ia menegaskan bahwa banyak pihak luar yang sering salah menafsirkan prosesi tersebut karena hanya melihat sisi lahiriahnya, seolah pesta besar. Padahal nilai spiritual dan sosialnya jauh lebih dalam.

“Pandji seharusnya memahami konteks ini sebelum melontarkan candaan yang justru melukai perasaan banyak orang,” tambahnya.

Amson lantas menuntut Pandji punya tanggung jawab moral untuk berhati-hati dalam setiap pernyataannya. Terlebih yang menyentuh ranah identitas dan kebudayaan.

“Kami menuntut Pandji meminta maaf secara terbuka. Ini bukan hanya soal satu suku, tapi pelajaran bagi semua pihak agar tidak seenaknya mempermainkan budaya orang lain, sekalipun dalam konteks humor,” ungkapnya lagi.

Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.

“Tidak semua hal bisa dijadikan bahan tertawaan. Bagi kami, ini bukan lucu, ini menyakitkan. Apalagi diucapkan oleh publik figur,” ucapnya.

Ancaman Denda Adat

PMTI Ungkap 2 Hal Salah Kaprah dari Stand Up Pandji

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *