Direktorat Penyediaan dan Penyaluran Wilayah III Badan Gizi Nasional (BGN) melatih 7 ribu penjamah makanan di Sulawesi Selatan (Sulsel). BGN menekankan agar para penjamah makanan menyiapkan Makanan Bergizi (MBG) sesuai standar.
Kegiatan bertajuk Sosialisasi Petugas Penjamah Makanan ini digelar di Makassar, Sabtu (22/11). Sebanyak 7.000 penjamah makanan diketahui dari SPPG tiga daerah yakni Makassar, Wajo dan Bulukumba.
“MBG Nasional melalui penyediaan dan penyaluran makan bergizi hari ini sudah mencapai 15.410 SPPG seluruh Indonesia. Yang beroperasi 14.230 unit dengan jumlah penerima manfaat 41.920.000 jiwa yag meliputi peserta didik yaitu anak-anak sekolah dan non peserta didik yakni ibu hamil, menyusui dan balita,” kata Deputi Bidang Penyediaan dan Penyaluran BGN, Brigjen (Purn.) Suardi Samiram dalam sambutannya, Sabtu (22/11).
Sementara di Sulsel, jumlah SPPG yang telah dibangun sebanyak 625 SPPG unit. Sebanyak 536 di antaranya telah beroperasi melayani penerima manfaat.
“Melayani 1.39 juta jiwa untuk memperbaiki gizi anak-anakdi Sulsel terutama mengurangi stunting untuk baita serta ibu hamil yang miskin,” katanya.
Pada kesempatan itu, dia juga menekankan bahwa SPPG adalah garda terdepan untuk generasi sehat menuju Indonesia Emas 2045. Suardi juga mengingatkan standar pengolahan MBG harus dijaga.
“SPPG yang tersebar di seluruh Indonesia memiliki peran vital dalam membangun generasi Indonesia sehat dan berkualitas serta gizi yang hiegenis,” katanya.
“Tujuan akhirnya adalah untuk mencapai Indonesia Emas yang telah dicanangkan pada tahun 2045 sehingga ketika itu tercapai Indonesia Emas maka Indonesia akan mejadi benar-benar negara yang besar,” tambahnya.
Karena itu, lanjutnya, peningkatan kapasitas penjamah makanan dianggap sebagai bagian integral dari kualitas layanan. Program ini harus menyediakan makanan yang aman, bergizi, dan higienis.
“Wajib higenis, wajib sehat dan makanan tidak boleh disimpan terlalu lama terutama sayur. Karena bisa menghasilkan netrit, jadi tidak boleh diolah asa-asalan, pengolahan harus tepat, tidak boleh diolah dan disimpan lama, ini akan dilatih kan dalam kegiatan ini supaya semuanya berjalan sesuai ketentuan,” katanya.
Pelatihan yang diberikan dalam sosialisasi ini mencakup pemahaman regulasi, standar sanitasi, serta tata cara penyimpanan dan penyajian makanan yang aman. Para peserta juga menerima materi spesifik mengenai risiko kontaminasi dan kesalahan teknis yang dapat menurunkan mutu makanan.
Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.
“Tujuannya agar setiap unit mampu menerapkan standar keamanan pangan secara konsisten, bukan hanya pada tahap inspeksi,” pungkasnya.BGN Latih 7 Ribu Penjamah Makanan di Sulsel, Tekankan Standar MBG Higienis
Direktorat Penyediaan dan Penyaluran Wilayah III Badan Gizi Nasional (BGN) melatih 7 ribu penjamah makanan di Sulawesi Selatan (Sulsel). BGN menekankan agar para penjamah makanan menyiapkan Makanan Bergizi (MBG) sesuai standar.
Kegiatan bertajuk Sosialisasi Petugas Penjamah Makanan ini digelar di Makassar, Sabtu (22/11). Sebanyak 7.000 penjamah makanan diketahui dari SPPG tiga daerah yakni Makassar, Wajo dan Bulukumba.
“MBG Nasional melalui penyediaan dan penyaluran makan bergizi hari ini sudah mencapai 15.410 SPPG seluruh Indonesia. Yang beroperasi 14.230 unit dengan jumlah penerima manfaat 41.920.000 jiwa yag meliputi peserta didik yaitu anak-anak sekolah dan non peserta didik yakni ibu hamil, menyusui dan balita,” kata Deputi Bidang Penyediaan dan Penyaluran BGN, Brigjen (Purn.) Suardi Samiram dalam sambutannya, Sabtu (22/11).
Sementara di Sulsel, jumlah SPPG yang telah dibangun sebanyak 625 SPPG unit. Sebanyak 536 di antaranya telah beroperasi melayani penerima manfaat.
“Melayani 1.39 juta jiwa untuk memperbaiki gizi anak-anakdi Sulsel terutama mengurangi stunting untuk baita serta ibu hamil yang miskin,” katanya.
Pada kesempatan itu, dia juga menekankan bahwa SPPG adalah garda terdepan untuk generasi sehat menuju Indonesia Emas 2045. Suardi juga mengingatkan standar pengolahan MBG harus dijaga.
“SPPG yang tersebar di seluruh Indonesia memiliki peran vital dalam membangun generasi Indonesia sehat dan berkualitas serta gizi yang hiegenis,” katanya.
“Tujuan akhirnya adalah untuk mencapai Indonesia Emas yang telah dicanangkan pada tahun 2045 sehingga ketika itu tercapai Indonesia Emas maka Indonesia akan mejadi benar-benar negara yang besar,” tambahnya.
Karena itu, lanjutnya, peningkatan kapasitas penjamah makanan dianggap sebagai bagian integral dari kualitas layanan. Program ini harus menyediakan makanan yang aman, bergizi, dan higienis.
“Wajib higenis, wajib sehat dan makanan tidak boleh disimpan terlalu lama terutama sayur. Karena bisa menghasilkan netrit, jadi tidak boleh diolah asa-asalan, pengolahan harus tepat, tidak boleh diolah dan disimpan lama, ini akan dilatih kan dalam kegiatan ini supaya semuanya berjalan sesuai ketentuan,” katanya.
Pelatihan yang diberikan dalam sosialisasi ini mencakup pemahaman regulasi, standar sanitasi, serta tata cara penyimpanan dan penyajian makanan yang aman. Para peserta juga menerima materi spesifik mengenai risiko kontaminasi dan kesalahan teknis yang dapat menurunkan mutu makanan.
“Tujuannya agar setiap unit mampu menerapkan standar keamanan pangan secara konsisten, bukan hanya pada tahap inspeksi,” pungkasnya.
