Bulog Jelaskan soal Serapan Gabah Petani di DPRD Sulsel: Stok Aman 5 Bulan

Posted on

Badan Urusan Logistik (Bulog) Sulawesi Selatan (Sulsel) memastikan stok pangan aman dalam 5 bulan ke depan. Pihaknya juga terus berupaya untuk memaksimalkan serapan gabah petani hingga April 2025.

Hal itu mengemuka dalam rapat kerja di ruangan Komisi B DPRD Sulsel pada Selasa (29/4/2025). Pertemuan itu turut dihadiri Staf Ahli Gubernur Bidang Perekonomian Since Erna Lamba.

Kepala Perum Bulog Wilayah Sulselbar Fahrurozi menjelaskan stok saat ini mencapai 437 ribu ton. Sementara konsumsi beras per kapita dari 10 juta penduduk dalam satu tahun menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) yakni 113 kilogram.

“Maka ekuivalen kebutuhan perbulannya, itu untuk penduduk Sulsel itu sekitar 90-100 ribu ton. Dengan pembagi seperti itu maka, apabila kita punya stok 437 ribu ton, artinya kita bisa bertahan 5 bulan manakala force majeure (tidak ada produksi beras) maka kita masih bisa bertahan/survive selama 5 bulan,” kata Fahrurozi.

Stok itu juga aman untuk digunakan dalam operasi pasar hingga 20 bulan untuk menstabilkan harga. Pasalnya, gudang Bulog sebanyak 204 unit kini over kapasitas yang secara operasional hanya bisa menampung 354 ribu ton.

“Artinya masih lebih dari dua tahun kita masih survive, itu artinya kami masih memiliki cadangan melimpah di Sulsel bahkan over capacity. Stok operasional kami hanya 354 ribu ton, tapi stok yang kami kuasai saat ini secara kapasitas 354 ribu ton tapi secara operasional kami stok 437 ribu ton, artinya ada over capacity yang kami gunakan gudang sewa, milik penggilingan, menjadi tempat penyimpanan,” jelasnya,

Fahrurozi menjelaskan, proyeksi produksi gabah petani Sulsel akan mencapai 2,6 juta ton hingga April 2025. Produksi itu setara 1,27 juta ton beras.

“Kami ditargetkan oleh perum bulog pusat (menyerap) 579 ribu ton (gabah) atau ekuivalen 45% dari produksi yang dihasilkan di sini. Sementara target gabah itu 139 ribu ton,” ungkap Fahrurozi

“Alhamdulilah per tanggal 9 April kemarin kami mendapatkan penerimaan atau penyerapan gabah 512 ribu ton. Hampir 5 kali lipat dari target yang diberikan atau 366% kami dan itu potensi akan meningkat seiring terus diadakannya panen di beberapa daerah seperti Luwu, Pinrang dan lainnya,” tambahnya.

Di satu sisi, dia mengakui mengalami sejumlah kendala dalam penyerapan gabah petani di sejumlah wilayah. Khususnya di Bone dan Jeneponto yang masih minim infrastruktur pengeringan dan penggilingan.

“Kita sudah lalui sebelum lebaran kemarin kami mengalami problem cukup serius di wilayah Bone karena memang kapasitas pengeringan di sana terbatas, sehingga kami coba hire, dengan mitra wilayah Sidrap dan Pinrang untuk membantu menyerap serapan panen wilayah bone. Sehingga bisa terselesaikan walaupun tidak sempurna,” jelasnya.

Begitu pula kendala yang terjadi di Jeneponto yang memproduksi gabah sebanyak 128 ribu ton dalam satu kali panen. Kapasitas pengeringan dan gudang tidak memadai.

“Pengolahan di sana susah, beberapa kali kami lakukan elaborasi, kami keringkan di wilayah Sidrap dan Bulukumba, jadi kita kerja sama penggilingan Sidrap, nanti jadi beras baru kembali dikirim ke Jeneponto karena memang fasilitas sarana belum lengkap,” imbuhnya.

Sementara itu, Staf Ahli Gubernur Bidang Perekonomian Since Erna Lamba berharap Bulog memaksimalkan serapan gabah. Hal ini diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan petani.

“Kami mengharapkan rapat dengar pendapat hari ini kita bisa meningkatkan pembelian gabah oleh Bulog,” harap Since.

Anggota Komisi B Sulsel, Suriadi Bohari turut menyoroti soal kurang maksimalnya serapan Bulog di tingkat petani. Dia mengaku banyak mendapat keluhan langsung dari petani saat panen April ini.

“Jangan-jangan stok Bulog sebelum panen memang sudah ada, sudah banyak, sehingga masa panen ini minim penyerapan,” katanya.

Dia juga berharap agar Bulog melakukan pemetaan sebelum masa panen dengan tiap daerah. Agar masalah kapasitas gudang dan pengeringan bisa diatasi.

“Sehingga tingkat ketersediaan tempat di gudang Bulog di sentra produksi itu tersedia dengan luas sehingga dapat menyerap hasil produksi petani. Itu yang kami tanyakan,” jelas Suriadi.