Bulan Dzulhijjah tidak hanya identik dengan ibadah haji dan ibadah kurban, tetapi juga menjadi waktu yang tepat untuk memperbanyak puasa sunnah. Puasa yang sangat dianjurkan pada waktu ini adalah di sembilan hari pertama bulan Dzulhijjah.
Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.
Puasa ini dilakukan sebelum Lebaran Idul Adha. Kendati demikian, terdapat perkara yang kerap dipertanyakan oleh umat Islam yang masih memiliki utang puasa Ramadhan. Pasalnya puasa sunnah di bulan Dzulhijjah ini sangat anjurkan, namun di sisi lain membayar utang puasa merupakan kewajiban.
Lantas, bolehkah kedua puasa tersebut digabung? Serta bagaimana niat puasa qadha Ramadhan di bulan Dzulhijjah?
Nah berikut infoSulsel menyajikan bacaan niat puasa qadha Ramadhan di bulan Dzulhijjah lengkap dengan hukumnya. Yuk, disimak!
Qadha puasa Ramadhan dapat dilakukan kapan saja, sebelum memasuki Ramadhan berikutnya. Sehingga umat Islam juga dapat membayar utang puasa ini di bulan Dzulhijjah.
Ketika mengqadha puasa Ramadhan, umat muslim wajib untuk melafalkan niat terlebih dahulu. Berikut ini niat puasa qadha Ramadhan yang bisa dibacakan di bulan Dzulhijjah sebagaimana dikutip dari laman Kementerian Agama (Kemenag RI), yaitu:
وَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى
Arab Latin: Nawaitu shauma ghadin ‘an qadhā’I fardhi syahri Ramadhāna lillâhi ta’âlâ.
Artinya: “Aku berniat untuk mengqadha puasa bulan Ramadhan esok hari karena Allah SWT.”
Niat puasa qadha Ramadhan di atas wajib dibacakan pada malam hari, sebab puasa qadha termasuk puasa wajib. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan Syaikh Al-Bujairimi dalam kitab Hasyiah Al-Iqna’ berikut:
Artinya: “Disyaratkan niat di malam hari bagi puasa wajib seperti puasa Ramadhan, puasa qadha, atau puasa nadzar. Syarat ini berdasar pada hadits Nabi; ‘Siapa yang tidak memalamkan niat sebelum fajar, maka tiada puasa dia.'”
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, puasa di bulan Dzulhijjah sangat dianjurkan. Utamanya pada tanggal 1-9 Dzulhijjah.
Masih dari laman Kemenag, amalan ini dicontohkan oleh Rasulullah. Sebagaimana dijelaskan dalam hadis riwayat Imam Ahmad, Imam Al-Nasa-i, dan Imam Ibnu Hibban: dari Sayidah Hafshah berikut:
عَنْ حَفْصَةَ قَالَتْ أَرْبَعٌ لَمْ يَكُنْ يَدَعُهُنَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صِيَامَ عَاشُورَاءَ وَالْعَشْرَ وَثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْغَدَاةِ
Artinya: “Empat hal yang tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah SAW, yaitu berpuasa di hari Asyura (tanggal 10 Muharram), berpuasa sepuluh hari pertama (1-9 Zulhijah), berpuasa tiga hari di setiap bulan, dan shalat dua rakaat sebelum shalat Subuh.”
Lantas, muncul pertanyaan bagaimana hukum menggabungkan puasa qadha Ramadhan dengan puasa Dzulhijjah?
Melansir laman Nahdlatul Ulama (NU Online), umat muslim yang masih memiliki utang puasa Ramadhan sebaiknya mengqadha utang puasanya terlebih dahulu. Setelah itu baru boleh mengamalkan puasa sunnah di bulan Dzulhijjah.
Seorang muslim yang menjalankan puasa qadha pada hari-hari yang dianjurkan untuk berpuasa tetap akan mendapatkan keutamaan sebagaimana mereka yang berpuasa sunnah pada hari tersebut. Meskipun niatnya adalah qadha dan bukan untuk puasa sunnah, tapi pahala dari puasa sunnah tersebut tetap bisa diraih.
Hal ini seperti yang disampaikan Sayyid Bakri bin Sayyid Muhammad berikut ini:
وفي الكردي ما نصه في الأسنى ونحوه الخطيب الشربيني والجمال و الرملي الصوم في الأيام المتأكد صومها منصرف إليها بل لو نوى به غيرها حصلت إلخ زاد في الإيعاب ومن ثم أفتى البارزي بأنه لو صام فيه قضاء أو نحوه حصلا نواه معه أو لا
Artinya: “Di dalam Al-Kurdi terdapat nash yang tertulis pada Asnal Mathalib dan sejenisnya yaitu Al-Khatib As-Syarbini, Syekh Sulaiman Al-Jamal, Syekh Ar-Ramli bahwa puasa sunnah pada hari-hari yang sangat dianjurkan untuk puasa memang dimaksudkan untuk hari-hari tersebut. Tetapi orang yang berpuasa dengan niat lain pada hari-hari tersebut, maka dapatlah baginya keutamaan…Ia menambahkan dalam Kitab Al-I’ab. Dari sana, Al-Barizi berfatwa bahwa seandainya seseorang berpuasa pada hari tersebut dengan niat qadha atau sejenisnya, maka dapatlah keduanya, baik ia meniatkan keduanya atau tidak.” (Sayyid Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi, I’anatut Thalibin, [Kota Baharu-Penang-Singapura, Sulaiman Mar’i: tanpa catatan tahun], juz II, halaman 224).
Berdasarkan penjelasan di atas, melaksanakan qadha puasa Ramadhan di bulan Dzulhijjah akan tetap mendapatkan keutamaan seperti berpuasa Dzulhijjah.
Terdapat 3 puasa sunnah yang bisa dikerjakan umat muslim di awal bulan Dzulhijjah. Puasa sunnah tersebut meliputi puasa Dzulhijjah (1-7 Dzulhijjah), puasa Tarwiyah (8 Dzulhijjah), serta puasa Arafah (9 Dzulhijjah).
Berikut niat puasa Dzulhijjah, Tarwiyah, dan Arafah dalam tulisan Arab, Latin, serta artinya sebagaimana dikutip dari laman Kementerian Agama (Kemenag) RI dan buku “Siapa Berpuasa Dimudahkan Urusannya” karya Khalifa Zain Nasrullah.
نَوَيْتُ صَوْمَ شَهْرِ ذُوالْحِجَّةٌ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى
Arab Latin: Nawaitu shauma syahru dzulhijjah sunnatan lillaahi ta’aala.
Artinya: “Aku berniat puasa bulan Dzulhijjah, sunnah karena Allah Ta’ala.”
نَوَيْتُ صَوْمَ تَرْوِيَةَ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى
Arab Latin: Nawaitu shauma tarwiyata sunnatan lillāhi Ta’ala.
Artinya: “Saya berniat melakukan puasa sunnah Tarwiyah karena Allah Ta’ala.”
نَوَيْتُ صَوْمَ عَرَفَةَ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى
Arab Latin: Nawaitu shauma ‘arafata sunnatan lillaahi ta’aala.
Artinya: “Aku berniat puasa ‘Arafah, sunnah karena Allah Ta’ala.”
Demikianlah ulasan mengenai niat puasa qadha Ramadhan di Bulan Dzulhijjah. Semoga bermanfaat!