Prof JJ Siapkan Transformasi Fakultas Teknik Unhas Jadi Multifakultas

Posted on

Bakal calon rektor Universitas Hasanuddin (Unhas) periode 2026-2030 Prof Jamaluddin Jompa (Prof JJ) mengungkap rencana pengembangan Fakultas Teknik ke depan. Prof JJ menyebut fakultas yang kini menaungi 35 program studi itu akan dipecah menjadi 3 hingga 4 fakultas baru.

“Fakultas Teknik memang sudah sangat besar dengan 35 program studi. Ndak banyak fakultas yang memiliki 35 program studi, ada 13 departemen dan hampir 10 ribu mahasiswa (tepatnya 9.561),” ujar Prof JJ dalam penjaringan aspirasi dan sosialisasi bakal calon rektor Unhas di Aula Fakultas Teknik, Kampus Unhas Gowa, Senin (13/10/2025).

Menurut Prof JJ, rencana pemecahan ini sudah ditetapkan melalui surat keputusan (SK). Dia menegaskan kebijakan tersebut bukan sekadar janji, tetapi bagian dari desain besar pengembangan Unhas ke depan.

“Ini bukan janji Bapak-Ibu karena sudah ada SK-nya. Ini bukan ‘omon-omon’, tapi sudah di-SK-kan beberapa bulan yang lalu,” katanya.

Prof JJ menjelaskan pembentukan ekosistem multifakultas diperlukan untuk menjamin efektivitas dan efisiensi pengelolaan akademik di Fakultas Teknik. Nantinya, desain pengembangan fakultas baru itu akan disusun bersama tim internal.

“Mudah-mudahan panitia ini bisa mempercepat pengembangannya dan nanti kita lihat apakah kemudian pengembangannya menjadi 3 atau 4, itu tergantung pada kita semua yang mendesain,” jelasnya.

Dia berharap restrukturisasi tersebut dapat membuat Fakultas Teknik lebih produktif dan berdaya saing. Prof JJ menekankan pentingnya peran fakultas dalam pengembangan Science Techno Park (STP) untuk hilirisasi teknologi dan penguatan startup.

“Kita berharap bahwa Science Techno Park akan menjadi bagian dari transformasi, penguatan, inovasi, terutama dalam kaitannya dengan hilirisasi teknologi, pengembangan startup,” tuturnya.

Lebih lanjut, Prof JJ menjelaskan alasan utama di balik rencana reorganisasi tersebut. Menurutnya, pemecahan Fakultas Teknik menjadi beberapa fakultas akan membagi beban kerja secara lebih efektif.

“Dalam reorganisasi itu kemudian kelihatan sekali bahwa perlu pengembangan fakultas untuk membagi tugas secara lebih efektif,” sebutnya.

Dia menambahkan efisiensi dan efektivitas harus berjalan seimbang agar pengelolaan akademik tidak hanya hemat sumber daya, tetapi juga tetap produktif. Dengan begitu, pengembangan program studi unggulan dan riset-riset berdaya saing di Unhas bisa terus tumbuh.

“Nah, dengan dibangunnya 3 atau 4 lembaga di Fakultas Teknik ini, berkembang menjadi 3 atau 4 fakultas, maka itu diharapkan akan membuat produktivitas Unhas,” terangnya.

Prof JJ menyampaikan rencana ini bukan inisiatif menjelang pemilihan rektor, melainkan kebutuhan struktural kampus. Dia menyebut prosesnya harus melalui kajian akademik mendalam sebelum realisasi.

“Ini harus dibuat dulu, membuat visibility study, master plan-nya seperti apa, kemudian membuat kira-kira desain terbaik itu seperti apa. Jadi, ada naskah akademik yang harus matang, karena nggak boleh tiba-tiba besok dibikin fakultas ini, nggak bisa,” paparnya.

Dia juga menekankan pentingnya mempertimbangkan strategi pembiayaan berkelanjutan dalam pembentukan fakultas baru. Selain itu, koordinasi yang solid antarunit akademik juga harus dijaga agar pengelolaan tetap efisien dan terarah.

“Karena bukan hanya saya yang akan menentukan bahwa rektor mau, tapi itu harus mendapat persetujuan secara akademik,” tegasnya.

Soal waktu penyelesaian restrukturisasi, Prof JJ menyebut masih perlu perhitungan yang detail. Menurutnya, hal itu mencakup jumlah dosen hingga kesiapan infrastruktur.

“Kita akan lihat kapan ini bisa siap, karena itu kan harus kita hitung baik-baik, perhitungannya detailnya, sampai berapa jumlah dosen, berapa biayanya, mana fasilitasnya. Infrastruktur, mana yang harus di-maintenance, itu semua harus detail,” urainya.

Menurutnya, jumlah fakultas baru nantinya akan disesuaikan dengan kebutuhan dan desain dari pihak Fakultas Teknik sendiri. Langkah itu penting agar restrukturisasi berjalan efektif sesuai karakter akademik di fakultas tersebut.

“Ini bukan top-down. Makanya kita SK-kan, silakan mengembangkan desainnya untuk kita lihat nanti kami evaluasi tentu, kita bicarakan, sehingga ini harus dari bawah. Itu terlalu banyak, boros, terlalu sedikit, tidak efektif. Jadi, harus in between,” pungkasnya.