Umat Katolik memulai hari dengan membaca renungan harian berisi ayat-ayat Alkitab. Renungan ini merupakan cara memohon berkat Allah dalam setiap kegiatan yang dilakukan.
Dilansir dari situs Iman Katolik, berdasarkan kalender liturgi Minggu, 1 Juni 2025, terdapat beberapa ayat Alkitab yang dijadikan renungan harian. Berdoa merupakan cara bagi umat Katolik untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan mensyukuri berkat dan kasih-Nya.
Untuk itu, ayat Alkitab yang dapat dijadikan bahan renungan adalah Kisah Para Rasul 7: 55-60; Mazmur 97: 1, 2b, 6, 7c, 9; Wahyu 22: 12-14, 16-17, 20; Yohanes 17: 20-26; dan 1 Yohanes 3: 18-24.
Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.
Simak, yuk!
Berikut ayat Alkitab yang dapat dijadikan sebagai bahan renungan beserta kisah Santo Yustinus, Martir.
Tetapi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah.
Lalu katanya: “Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah.”
Maka berteriak-teriaklah mereka dan sambil menutup telinga serentak menyerbu dia.
Mereka menyeret dia ke luar kota, lalu melemparinya. Dan saksi-saksi meletakkan jubah mereka di depan kaki seorang muda yang bernama Saulus.
Sedang mereka melemparinya Stefanus berdoa, katanya: “Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku.”
Sambil berlutut ia berseru dengan suara nyaring: “Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!” Dan dengan perkataan itu meninggallah ia.
TUHAN adalah Raja! Biarlah bumi bersorak-sorak, biarlah banyak pulau bersukacita!
Awan dan kekelaman ada sekeliling Dia, keadilan dan hukum adalah tumpuan takhta-Nya.
Langit memberitakan keadilan-Nya, dan segala bangsa melihat kemuliaan-Nya.
Semua orang yang beribadah kepada patung akan mendapat malu, orang yang memegahkan diri karena berhala-berhala; segala allah sujud menyembah kepada-Nya.
Sebab Engkaulah, ya TUHAN, Yang Mahatinggi di atas seluruh bumi, Engkau sangat dimuliakan di atas segala allah.
Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.
Demikianlah kita ketahui, bahwa kita berasal dari kebenaran. Demikian pula kita boleh menenangkan hati kita di hadapan Allah,
Sebab jika kita dituduh olehnya, Allah adalah lebih besar dari pada hati kita serta mengetahui segala sesuatu.
Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau hati kita tidak menuduh kita, maka kita mempunyai keberanian percaya untuk mendekati Allah,
Dan apa saja yang kita minta, kita memperolehnya dari pada-Nya, karena kita menuruti segala perintah-Nya dan berbuat apa yang berkenan kepada-Nya.
Dan inilah perintah-Nya itu: supaya kita percaya akan nama Yesus Kristus, Anak-Nya, dan supaya kita saling mengasihi sesuai dengan perintah yang diberikan Kristus kepada kita.
Barangsiapa menuruti segala perintah-Nya, ia diam di dalam Allah dan Allah di dalam dia. Dan demikianlah kita ketahui, bahwa Allah ada di dalam kita, yaitu Roh yang telah Ia karuniakan kepada kita.
Yustinus lahir di Nablus, Samaria (Asia Kecil) pada awal abad kedua, sekitar masa wafatnya Santo Yohanes Rasul. Ia berasal dari keluarga non-Kristen, tetapi sejak kecil mendapat pendidikan yang baik.
Pencariannya akan makna hidup membawanya mendalami filsafat. Suatu hari, saat merenung di tepi pantai, ia bertemu seorang tua bijak yang memperkenalkannya pada ajaran para nabi Israel, Yesus Kristus, dan iman Kristen.
Yustinus pun mulai mempelajari Kitab Suci, lalu dibaptis dan menjadi Kristen. Setelah menjadi Kristen, Yustinus dikenal sebagai pembela iman yang gigih.
Ia mengajar di tempat umum dengan mengenakan pakaian filsuf, menulis karya-karya apologetik, dan membuka ruang diskusi di sekolahnya di Roma. Salah satu karyanya, Percakapan dengan Tryphon Yahudi, menegaskan keteguhan imannya: meski disiksa dan dibunuh, ia tidak akan meninggalkan keyakinannya.
Pada tahun 165, Yustinus ditangkap di Roma bersama beberapa martir lainnya. Setelah disiksa, mereka dihukum mati dengan cara dipenggal. Yustinus dikenang sebagai salah satu pembela iman terbesar dalam sejarah Gereja Purba.
Demikianlah renungan harian Katolik untuk dijadikan panduan dalam beribadah. Semoga Tuhan memberkati, ya!