Renungan Harian Katolik Rabu, 2 Juli: Santo Bernardinus Realino, Pengaku Iman

Posted on

Umat Katolik memulai hari dengan membaca renungan harian berisi ayat-ayat Alkitab. Renungan ini merupakan cara memohon berkat Allah dalam setiap kegiatan yang dilakukan.

Dilansir dari situs Iman Katolik, berdasarkan kalender liturgi Rabu, 2 Juli 2025, terdapat beberapa ayat Alkitab yang dijadikan renungan harian. Berdoa merupakan cara bagi umat Katolik untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan mensyukuri berkat juga kasih-Nya.

Untuk itu, ayat Alkitab yang dapat dijadikan bahan renungan adalah Kejadian 21: 5, 8-20; Mazmur 34: 7-8, 10-11, 12-13; Matius 8: 28-34; 1 Samuel 11: 1-15.

Simak, yuk!

Berikut ayat Alkitab yang dapat dijadikan sebagai bahan renungan beserta kisah Santo Bernardinus Realino, Pengaku Iman.

Adapun Abraham berumur seratus tahun, ketika Ishak, anaknya, lahir baginya.

Bertambah besarlah anak itu dan ia disapih, lalu Abraham mengadakan perjamuan besar pada hari Ishak disapih itu.

Pada waktu itu Sara melihat, bahwa anak yang dilahirkan Hagar, perempuan Mesir itu bagi Abraham, sedang main dengan Ishak, anaknya sendiri.

Berkatalah Sara kepada Abraham: “Usirlah hamba perempuan itu beserta anaknya, sebab anak hamba ini tidak akan menjadi ahli waris bersama-sama dengan anakku Ishak.”

Hal ini sangat menyebalkan Abraham oleh karena anaknya itu.

Tetapi Allah berfirman kepada Abraham: “Janganlah sebal hatimu karena hal anak dan budakmu itu; dalam segala yang dikatakan Sara kepadamu, haruslah engkau mendengarkannya, sebab yang akan disebut keturunanmu ialah yang berasal dari Ishak.

Tetapi keturunan dari hambamu itu juga akan Kubuat menjadi suatu bangsa, karena iapun anakmu.”

Keesokan harinya pagi-pagi Abraham mengambil roti serta sekirbat air dan memberikannya kepada Hagar. Ia meletakkan itu beserta anaknya di atas bahu Hagar, kemudian disuruhnyalah perempuan itu pergi. Maka pergilah Hagar dan mengembara di padang gurun Bersyeba.

Ketika air yang dikirbat itu habis, dibuangnyalah anak itu ke bawah semak-semak,

Dan ia duduk agak jauh, kira-kira sepemanah jauhnya, sebab katanya: “Tidak tahan aku melihat anak itu mati.” Sedang ia duduk di situ, menangislah ia dengan suara nyaring.

Allah mendengar suara anak itu, lalu Malaikat Allah berseru dari langit kepada Hagar, kata-Nya kepadanya: “Apakah yang engkau susahkan, Hagar? Janganlah takut, sebab Allah telah mendengar suara anak itu dari tempat ia terbaring.

Bangunlah, angkatlah anak itu, dan bimbinglah dia, sebab Aku akan membuat dia menjadi bangsa yang besar.”

Lalu Allah membuka mata Hagar, sehingga ia melihat sebuah sumur; ia pergi mengisi kirbatnya dengan air, kemudian diberinya anak itu minum.

Allah menyertai anak itu, sehingga ia bertambah besar; ia menetap di padang gurun dan menjadi seorang pemanah.

Maka Nahas, orang Amon itu, bergerak maju dan berkemah mengepung Yabesh-Gilead. Lalu berkatalah semua orang Yabesh itu kepada Nahas: “Adakanlah perjanjian dengan kami, maka kami akan takluk kepadamu.”

Tetapi Nahas, orang Amon itu, berkata kepada mereka: “Dengan syarat inilah aku akan mengadakan perjanjian dengan kamu, bahwa tiap mata kananmu akan kucungkil; dengan demikian aku mendatangkan malu kepada segenap orang Israel.”

Para tua-tua Yabesh berkata kepadanya: “Berilah kelonggaran kepada kami tujuh hari lamanya, supaya kami mengirim utusan ke seluruh daerah Israel; dan jika tidak ada seorangpun yang menyelamatkan kami, maka kami akan keluar menyerahkan diri kepadamu.”

Ketika para utusan itu sampai di Gibea-Saul, dan menyampaikan hal itu kepada bangsa itu, menangislah bangsa itu dengan suara nyaring.

Saul baru saja datang dari padang dengan berjalan di belakang lembunya, dan ia bertanya: “Ada apa dengan orang-orang itu, sehingga mereka menangis?” Mereka menceritakan kepadanya kabar orang-orang Yabesh itu.

Ketika Saul mendengar kabar itu, maka berkuasalah Roh Allah atas dia, dan menyala-nyalalah amarahnya dengan sangat.

Diambilnyalah sepasang lembu, dipotong-potongnya, lalu potongan-potongan itu dikirimkannya ke seluruh daerah Israel dengan perantaraan utusan, pesannya: “Siapa yang tidak maju mengikuti Saul dan mengikuti Samuel, lembu-lembunya akan diperlakukan juga demikian.” Lalu TUHAN mendatangkan ketakutan kepada bangsa itu, sehingga majulah mereka serentak.

Ketika Saul memeriksa barisan mereka di Bezek, maka ada tiga ratus ribu orang Israel dan tiga puluh ribu orang Yehuda.

Kepada para utusan yang datang itu dikatakan: “Beginilah kamu katakan kepada orang-orang Yabesh-Gilead: Besok pada waktu panas teriknya matahari akan datang bagimu penyelamatan.” Ketika para utusan kembali dan memberitahukan hal itu kepada orang-orang Yabesh, bersukacitalah mereka.

Lalu orang-orang Yabesh itu berkata kepada Nahas: “Besok kami akan keluar menyerahkan diri kepadamu; maka bolehlah kamu lakukan terhadap kami apapun yang kamu pandang baik.”

Keesokan harinya Saul membagi rakyat itu menjadi tiga pasukan. Mereka itu masuk ke tengah-tengah perkemahan musuh pada waktu kawal pagi dan memukul kalah orang-orang Amon sebelum hari panas; dan terserak-seraklah orang-orang yang lolos itu, sehingga di antara mereka tidak ada tinggal dua orang bersama-sama.

Lalu berkatalah bangsa itu kepada Samuel: “Siapakah yang telah berkata: Masakan Saul menjadi raja atas kita? Serahkanlah orang-orang itu, supaya kami membunuhnya.”

Tetapi kata Saul: “Pada hari ini seorangpun tidak boleh dibunuh, sebab pada hari ini TUHAN telah mewujudkan keselamatan kepada Israel.”

Dan Samuel berkata kepada bangsa itu: “Marilah kita pergi ke Gilgal dan membaharui jabatan raja di sana.”

Lalu pergilah seluruh bangsa itu ke Gilgal dan menjadikan Saul raja di sana di hadapan TUHAN di Gilgal, dan mereka mempersembahkan di sana korban keselamatan di hadapan TUHAN, dan bersukarialah di sana Saul dan semua orang Israel dengan sangat.

Bernardinus Realino lahir di Carpi, Lembah Sungai Po, Italia Utara, pada 1530. Ia menempuh pendidikan di bidang kedokteran dan hukum.

Lalu menjabat sebagai walikota di Fellizano, jaksa di Aleksandria, dan sekretaris kedutaan di Napoli. Setelah istrinya, Kloside, meninggal dunia, Bernardinus mulai mendalami kehidupan rohani.

Ia terinspirasi oleh khotbah-khotbah imam Yesuit di Napoli. Hingga kemudian mengalami penampakan istrinya sebanyak tiga kali yang memintanya meninggalkan karier duniawi.

Pesan itu diperkuat oleh penampakan Bunda Maria, mendorongnya bergabung dengan Serikat Yesus. Setelah diterima dan menjalani pendidikan, Bernardinus ditahbiskan menjadi imam dan berkarya di Napoli.

Sifatnya yang ramah, penuh cinta, dan pengertian membuatnya sangat dicintai umat. Suatu waktu ia lalu dipindahkan ke Lecce untuk mendirikan Kolose Yesuit.

Di sana ia tetap menunjukkan dedikasi sebagai pengajar filsafat dan teologi serta pelayan umat yang setia selama 42 tahun. Di Lecce, Bernardinus dikenal sebagai pengkhotbah ulung, pembimbing rohani, dan sosok penyembuh yang saleh.

Ia dekat dengan anak-anak, pemuda, serta kaum miskin. Menjelang wafatnya, Walikota Lecce memuji pengabdiannya dan mengusulkan agar Bernardinus menjadi pelindung kota.

Dalam pesan terakhirnya, Bernardinus berkata, “Dari surga, Aku akan selalu melindungi kota Lecce dan seluruh umat.” Ia wafat pada 2 Juli 1616.

Demikianlah renungan harian Katolik untuk dijadikan panduan dalam beribadah. Semoga bermanfaat, ya!

Renungan Harian Katolik Hari Ini Rabu, 2 Juli 2025

Kejadian 21: 5, 8-20

1 Samuel 11: 1-15

Santo Bernardinus Realino, Pengaku Iman

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *