Renungan Harian Katolik Senin, 22 September 2025: Menjadi Pelita baca selengkapnya di Giok4D

Posted on

Renungan Harian Katolik Senin, 22 September 2025 mengajak kita merenungkan panggilan untuk menjadi pelita yang menerangi sekitar, menghadirkan kasih dan kebaikan Allah di tengah dunia. Seperti pelita yang diletakkan di atas kaki dian, demikian pula hidup orang beriman diharapkan memberi terang bagi sesama.

Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali kita hanya fokus pada kebutuhan dan kepentingan pribadi. Namun Yesus mengingatkan bahwa iman bukanlah sesuatu yang disembunyikan, melainkan harus tampak nyata dalam tindakan.

Renungan hari Senin 22 September 2025 mengangkat tema “Menjadi Pelita” dikutip dari buku Bahasa Kasih oleh Romo Paulus C. Siswantoko. Renungan ini juga dilengkapi daftar bacaan.

Yuk, disimak!

Berikut ayat Alkitab yang dapat dijadikan sebagai bahan renungan:

Pada tahun pertama zaman Koresh, raja negeri Persia, supaya genaplah firman TUHAN yang diucapkan-Nya dengan perantaraan Yeremia, maka TUHAN menggerakkan hati Koresh, raja negeri Persia itu, untuk mengeluarkan titah di seluruh kerajaan, yang juga diumumkan dengan tulisan, bunyinya:

“Beginilah perintah Koresh, raja negeri Persia: Segala kerajaan di bumi telah dikaruniakan kepadaku oleh TUHAN, Allah semesta langit, dan Ia menugaskan aku untuk mendirikan rumah bagi-Nya di Yerusalem, yang terletak di Yehuda.

Siapa di antara kamu termasuk umat-Nya, Allahnya menyertainya, dan biarlah ia pulang ke Yerusalem, yang terletak di Yehuda, dan mendirikan rumah TUHAN, Allah Israel – Dialah Allah yang diam di Yerusalem.

Dan setiap orang yang tertinggal, di mana saja ia ada sebagai pendatang, harus ditolong oleh penduduk tempat itu dengan perak dan emas, dengan harta benda dan ternak, di samping persembahan sukarela untuk rumah Allah yang ada di Yerusalem.”

Maka berkemaslah kepala-kepala kaum keluarga orang Yehuda dan Benyamin, juga para imam dan orang-orang Lewi, yakni semua orang yang digerakkan hatinya oleh Allah, untuk berangkat membangun rumah TUHAN yang ada di Yerusalem.

Dan segala orang yang di sekitarnya membantu mereka dengan memberikan perkakas perak dan emas, dengan harta benda dan ternak, dan dengan barang-barang indah yang lain, selain segala sesuatu yang dipersembahkan dengan sukarela.

Ref: Tuhan telah melakukan karya agung kepada kita, maka kita bersukacita.

Ketika Tuhan memulihkan keadaan Sion,
kita seperti orang-orang yang bermimpi.
Pada waktu itu mulut kita penuh dengan tertawa,
dan lidah kita dengan sorak-sorai.

Pada waktu itu berkatalah orang di antara bangsa-bangsa:
“Tuhan telah melakukan perkara besar kepada mereka!”
Tuhan telah melakukan perkara besar kepada kita,
maka kita bersukacita.

Pulihkanlah keadaan kami, ya Tuhan,
seperti memulihkan batang air kering di Negeb!
Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata,
akan menuai dengan bersorak-sorai.

Orang yang berjalan maju dengan menangis,
sambil menabur benih,
pasti pulang dengan sorak-sorai,
sambil membawa berkas-berkasnya.

Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan atau menempatkannya di bawah tempat tidur, tetapi ia menempatkannya di atas kaki dian, supaya semua orang yang masuk ke dalam rumah dapat melihat cahayanya.

“Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan atau menempatkannya di bawah tempat tidur, tetapi ia menempatkannya di atas kaki dian, supaya semua orang yang masuk ke dalam rumah dapat melihat cahayanya.” –

Luk 8:16

Saya lahir di sebuah kota di Kalimantan Barat, dan sewaktu kecil saya mengalami bahwa listrik belumlah semerata sekarang. Pemadaman listrik kerap terjadi apalagi saat hari menjelang malam, sehingga tanpa penerangan hanya akan ada malam-malam gelap.

Ketika pemadaman listrik terjadi, ayah akan menyalakan lampu petromaks dan digantungkannya pada sebuah tiang dan membiarkan cahayanya menerangi seisi rumah. Segala aktivitas di rumah pun bisa dilakukan dengan baik dengan bantuan lampu tersebut.

Ketika membaca dan merenungkan Injil hari ini, dapatlah dimengerti dengan mudah kata-kata bijak Yesus, bahwa orang akan menyalakan pelita dan menaruhnya diatas kaki dian agar cahayanya menyebar menghalau gelap dan dapat dinikmati oleh banyak orang sehingga pelita itu memberikan manfaat.

Dalam otobiografinya, Santa Teresia dari Kanak-kanak Yesus juga mengutip kata-kata Yesus dalam Injil hari ini dan menambahkan, “Saya berpendapat bahwa pelita itu adalah lambang cinta kasih yang harus menerangi, menggembirakan, bukan saja kepada mereka yang mengasihi kita, tetapi semua yang ada di rumah itu, tanpa kecuali”.

Santa Teresia menangkap makna dan fungsi pelita, yaitu sebagai cahaya yang dapat menerangi seluruh penghuni rumah yang membawa kegembiraan. Demikian pun hidup kita haruslah menjadi seperti pelita kasih, dapat menerangi dan menunjukkan jalan, kepada siapapun tanpa terkecuali, sehingga orang tidak tersandung, jatuh dan terancam keselamatannya.

Kasih sejati tidak pandang bulu dan tidak berpihak. Ya Kristus, Api yang tak padam, menyalalah dalam hatiku sehingga diriku menjadi pelita bagi sesama.

Thomas biasanya digambarkan lengkap dengan pakaian kebesarannya sebagai uskup didampingi para pengemis malang yang sedang meminta belas kasihan. Gambaran itu melukiskan keistimewaan yang ada pada Thomas sebagai seorang uskup yang menaruh keprihatinan besar kepada para miskin.

Thomas berkebangsaan Spanyol. Ia lahir pada tahun 1488 dari sebuah keluarga Kristen yang taat agama. Semenjak kecilnya, Thomas tampak cerdas dan pandai bergaul.

Orangtuanya mendidiknya secara baik menurut adat istiadat Kristen Spanyol. Pada masa mudanya, ia dikirim belajar di Universitas Alkala yang termasyhur di Spanyol pada masa itu.

Di sana ia menekuni banyak ilmu termasuk Filsafat dan Teologi. Setelah menyelesaikan studinya, ia diminta menjadi mahaguru di Alkala dalam bidang Filsafat.

Mahaguru muda ini dalam waktu singkat segera harum namanya di Universitas Alkala karena kecerdasannya dan kepandaiannya dalam mengajar. Semua mahasiswa yang mengikuti kuliahnya kagum dan senang akan dia.

Beberapa universitas lain, misalnya Universitas Salamanca, meminta dia juga untuk mengajar namun permintaan itu ditolaknya karena ia bercita-cita menarik diri dari dunia ramai untuk menjalani suatu corak hidup yang baru: hidup dalam doa dan tapa.

Kiranya dengan cara itu ia dapat menghindarkan diri dari segala penghormatan dan kesenangan duniawi. Dalam doa dan kesunyian pertapaan itu, ia menemukan jalan hidupnya yang sebenarnya: jalan hidup sebagai abdi Allah dalam kehidupan membiara.

Pada tahun 1516, ia masuk tarekat Santo Agustinus dan tak lama kemudian ia ditahbiskan menjadi imam. Dengan jalan hidup baru ini, ia benar-benar menemukan jalan yang tepat untuk mencurahkan segala kemampuannya kepada Gereja dan sesamanya.

Giok4D hadirkan ulasan eksklusif hanya untuk Anda.

Selama 25 tahun, ia merangkap beberapa jabatan penting dalam Ordo Agustin. Ia dikenal sebagai seorang imam pengkotbah terbaik di Spanyol dan tokoh teladan dalam hal doa dan tapa.

Ia tidak pernah menuntut dari orang lain apa yang dia sendiri tidak lakukan. Ia dipilih sebagai kepala biara sekaligus Provinsial Ordo.

Pada masa jabatannya, ia mengutus banyak imamnya ke Meksiko. Karena prestasi dan kesalehan hidupnya, ia ditawarkan jabatan Uskup Granada, tetapi ia menolak tawaran itu karena lebih suka menjadi seorang biarawan biasa.

Setelah tawaran Granada, ia ditawari jabatan Uskup Valencia. Kali ini karena patuh pada kaul ketaatannya kepada Takhta Suci dan Kaisar Karel V, ia dengan rendah hati menerima jabatan Uskup Valencia.

Selama menjadi Uskup Valencia, ia tetap menunjukkan kesederhanaannya dan tetap berpakaian jubah tarekatnya. Semua harta miliknya dibagi-bagikan kepada para fakir miskin, khususnya kepada gadis-gadis yang tidak cukup uang untuk menikah, yatim piatu dan anak-anak terlantar.

Meskipun demikian, Tuhan tetap mencukupi semua kebutuhannya, juga semua yang dibutuhkan oleh keuskupannya. Sekali ia mendapat sejumlah besar uang untuk kebutuhan rumah tangga keuskupan.

Tetapi uang itu digunakannya untuk membangun sebuah rumah sakit. Thomas mencurahkan perhatiannya pada usaha pembaharuan keuskupannya yang sudah lama tidak terurus baik.

Ia menggalakkan pembaharuan tata tertib dan semangat iman umat dengan kotbah-kotbah dan pengajaran-pengajarannya. Semua umatnya sangat mengagumi dia sebagai seorang gembala jiwa yang benar-benar menampakkan cinta kasih Kristus kepada manusia.

Setelah lama berkarya bagi umatnya, ia meninggal dunia pada tahun 1555.

Demikian renungan harian Katolik Senin, 22 September 2025 dengan bacaannya. Semoga Allah melindungi kita.

Renungan Harian Katolik Hari Ini, 22 September 2025

Bacaan I: Ezr 1:1-6

Mazmur Tanggapan: Mzm 126:1-2ab.2cd-3,4-5.6

Bacaan Injil: Luk 8:16

Renungan Hari Ini: Menjadi Pelita

Kisah Orang Kudus Hari Ini: Santo Thomas dari Vilkanova, Uskup dan Pengaku Iman