Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar, Sulawesi Selatan, berhasil menembus peringkat 951 besar universitas dunia versi QS World University Rankings (QS WUR) 2025. Capaian itu sekaligus menandai lompatan signifikan Unhas dalam reputasi akademik secara global.
Rektor Unhas Jamaluddin Jompa mengungkapkan pencapaian tersebut di luar dari prediksi pihaknya. Hal ini karena Unhas sebelumnya hanya berada pada posisi 1001-1200 pada tahun 2022 hingga 2024.
“Kalau melihat tren sebelumnya, kita naik 40 peringkat per tahun. Maka secara prediktif, butuh tiga tahun lagi untuk tembus Top 1.000. Tapi ternyata capaian itu datang lebih cepat. Ini bukan kebetulan, tapi hasil dari strategi yang tepat,” kata Jamaluddin Jompa kepada wartawan, Jumat (20/6/2025).
Jamaluddin Jompa mengatakan masuknya Unhas dalam jajaran top 1.000 QS WUR jelas membawa dampak besar baik dari sisi akademik maupun aspek reputasi, kepercayaan mitra internasional, dan gengsi kelembagaan. Pemeringkatan global seperti QS WUR jelas menjadi barometer utama dalam dunia pendidikan tinggi, yang digunakan oleh calon mahasiswa, mitra kerja sama, donor, bahkan lembaga akreditasi internasional.
“QS itu seperti indeks kepercayaan dalam dunia perguruan tinggi global. Kampus yang masuk Top 1.000 akan lebih dilirik oleh mahasiswa asing, peneliti luar negeri, hingga dunia industri internasional. Ini bukan soal peringkat semata, tapi soal positioning di panggung dunia,” ujarnya.
Capaian ini juga sekaligus menempatkan Unhas sejajar dengan universitas ternama dari Indonesia yang selama ini didominasi kampus di Pulau Jawa, seperti UI, UGM, ITB, Unair, IPB, dan Undip. Dalam daftar QS WUR 2025, Unhas merupakan kampus tertinggi di luar Pulau jawa.
Bagi Jamaluddin Jompa, pencapaian ini bukan sekadar soal angka. Dia menekankan pihaknya ingin membangun universitas yang berkelas dunia tapi tetap membumi.
“Reputasi itu penting, karena membuka lebih banyak akses: akses kerja sama, akses teknologi, akses pengetahuan dan pada akhirnya, akan kembali ke masyarakat,” tutupnya.
Sementara itu, Direktur Reputasi Unhas Rohani Ambo Rappe mengatakan pihaknya fokus terhadap tiga indikator penting dalam proses pembenahan. Ketiga indikator itu antara lain jumlah publikasi dan sitasi ilmiah, mahasiswa internasional, serta keberadaan dosen asing.
“Awalnya kita lemah di publikasi. Tapi sekarang, melalui Thematic Research Group (TRG), para dosen khususnya profesor diwajibkan membangun kolaborasi riset internasional. Hasilnya mulai terlihat, publikasi meningkat, kerja sama makin luas, dan reputasi kampus terangkat,” kata Rohani.
Lebih lanjut Rohani menjelaskan bahwa pihaknya juga melakukan perubahan dari sisi strategi internasionalisasi. Jika dulu kampus menanggung penuh biaya hidup mahasiswa asing, kini Unhas hanya menawarkan beasiswa tuition fee.
“Kita tawarkan ke duta besar negara sahabat, kuliah gratis di Unhas, asal biaya hidup ditanggung. Responsnya bagus, lebih efisien, dan tetap meningkatkan eksposur internasional,” tambahnya.
Pertimbangan lainnya ialah kehadiran dosen asing di Unhas. Melalui TRG, kolaborasi riset membuka jalan agar akademisi luar negeri bisa datang, mengajar, dan tinggal beberapa waktu di Makassar.
“Ini yang kita dorong terus. Karena indikator QS juga mempertimbangkan keberagaman dosen dan mobilitas internasional,” katanya.